Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Kamis, Juni 18, 2009

Setiap Kita adalah Pemeran Utama

Suatu hari seorang sahabatku curhat lewat sms, intinya dia sedikit mengeluh kenapa nasibnya tidak semujur orang lain. Saya paham dengan kegundahan hatinya. Di usianya yang lebih dari 30 tahun, dia belum menikah. Setiap dia ketemu cowok yang cocok dengan hatinya, cowok itu memilih mundur. Ketika ada cowok yang begitu serius ingin menikahinya, dia tidak merasa sreg dengannya. Bukan berarti pilih-pilih, tapi dia tentu tidak ingin menikah asal-asalan, asal menikah demi mengejar status “sudah menikah” yang tertera di KTP. Sementara usianya semakin bertambah dan orangtua sedikit menuntutnya untuk segera menikah. Apalagi dia anak perempuan yang paling besar di rumahnya. Ini memang persoalan klise. Tapi aku yakin dia curhat bukan untuk minta dikasihani.

Saat membaca sms curhatnya, dalam hati aku berkata, “Ini sih gue banget”. Tapi sebagai sahabat, aku harus mampu menghibur dan mencoba menghilangkan sedikit kegundahan hatinya. Sebenarnya kalau hanya untuk urusan jodoh yang tak kunjung datang, lagunya Opie Andaresta sudah cukup menghibur, “I’m Single n Fery Happy”. Lagu itu benar-benar mewakili hati-hati para insan single. Karena meski menurut orang lain kita tidak bahagia, sebenarnya kita tetap bisa merasakan hidup bahagia kok. Setidaknya bila dibandingkan dengan orang yang menikah tapi terus terbelenggu dengan persoalan hidup berumah tangga yang penuh konflik. Maka menjadi single tentu lebih praktis menjalani kehidupan, karena dia hanya berfikir untuk dirinya sendiri. Tapi bukan berarti pula kita harus memilih hidup melajang selamanya.

Justru yang membuat para insan single tidak bahagia adalah omongan orang akan ketidakbahagiaan kita. Mereka menilai kesendirian adalah suatu kesengsaraan, karena pasti akan merasa kesepian. Stigma ini akan terus melekat pada diri insan single. Padahal sendiri tidak berarti kesepian. Apalagi bagi insan yang beriman, Rabb semesta alam akan selalu ada di hatinya. Jadi mengapa harus merasa kesepian?

Lepas dari urusan single atau tidak, aku ingin mencoba membuka mata hati sahabatku ini pada persoalan hidup yang lebih luas, karena persoalan hidup bukan hanya soal jodoh. Akhirnya aku mengirimkan sebuah sms untuknya. “Kita sedang menjadi pemeran utama. Makanya perjalanan hidup kita sedikit lebih berliku, terjal dan berbatu dibanding orang lain. Bukankah pemeran utama dalam cerita fiksi/sinetron selalu lebih sedih dan mengharukan dibanding pemeran lain? Maka yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita bisa menjadi pemeran utama terbaik sesuai dengan peran yang Allah berikan untuk kita. Semoga kita bisa menjadi pemeran utama terbaik di mata Allah. Dan yakinlah bahwa pahala besar sedang menanti kita.”

Jujur, sebelum sahabatku itu curhat tentang masalahnya lewat sms, meski sudah terfikir akan hal itu, tapi belum terformulasikan dalam kata-kata. Baru ketika terdorong untuk membalas sms sahabat itulah, maka kata-kata itu tersusun. Setelah itu, setiap aku sedih dan merasa belum beruntung dalam hidup, aku selalu berfikir dan mencoba meyakinkan diri, “Aku sedang menjadi pemeran utama, dan aku harus mampu melewati masa-masa sulit ini dengan sebaik-baiknya.”

Aku yakin, mungkin di luar sana masih banyak orang yang merasakan hal sepertiku, kadang merasa sedih berkepanjangan, merasa tidak seberuntung orang lain, dan segala keluh kesah lain. Dalam cerita fiksi/sinetron hanya ada dua pemeran utama --biasanya laki-laki dan perempuan-- sedang dalam kehidupan nyata, setiap insan yang lahir di dunia ini adalah pemeran utama. Dan setiap kita dituntut untuk memerankan peran kita dengan sebaik-baiknya.

Saya bersyukur Allah menitipkan peran kepadaku sebagai seorang penulis. Menulis membuatku mampu menerawang ke segala penjuru pemikiran sebebas mungkin. Ada satu kenikmatan tersendiri ketika mengetikkan huruf demi huruf dalam komputer, merangkai kata demi kata untuk membentuk kalimat hingga terangkai menjadi sebuah tulisan yang utuh. Dan lebih berbahagia lagi bila ada orang yang merasa menuai manfaat dari tulisanku.

Menulis, juga membuatku berkesempatan belajar kepada banyak orang yang aku wawancarai. Melalui mereka aku menemukan satu formula hidup dari sudut pandang yang berbeda. Melalui mereka aku mampu merasakan kepedihan dan derai air mata orang lain, sehingga membuka mata hatiku bahwa ternyata bukan hanya aku yang mengalami kepedihan dalam hidup. Bahwa di luar sana masih banyak orang yang lebih menderita tapi memiliki ketegaran luar biasa.

Sejak terbiasa menulis, sepertinya tidak ada lagi alasan bagiku untuk bersedih dalam hidup. Sedih, luka, derita, aku terima dengan lapang dada, selapang ketika aku menerima kebahagiaan dan keceriaan hidup. Sebab aku sadar, kesedihan dan penderitaan adalah modal bagi penulis agar mampu melahirkan karya yang dewasa dan matang. Sebaliknya, kebahagiaan dan keceriaan adalah modal bagi penulis agar melahirkan karya yang penuh nuansa dan berwarna.

Peran apapun yang Allah berikan kepada kita, harus kita syukuri, selama peran itu bisa membuat kita semakin dekat kepada Allah. Semoga kita semua selalu dibimbing Allah untuk mampu memerankan peran terbaik kita di mata Allah. Amin. @

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untaian kata darimu selalu kunantikan.