Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Senin, Februari 07, 2011

Menyusuri Patahan Lembang Bandung


Nuansa indah dan asri kota Lembang 





Kota Bandung dengan segala keasrian, kesejukan, dan keindahan alamnya ternyata menyimpan bencana yang sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa manusia. Bandung ternyata berdiri di atas tanah dengan banyak lapisan, terutama daerah Lembang. Menurut penelitian LIPI, di Lembang terdapat tujuh lapis tanah yang berarti pernah terjadi tujuh kali pergerakan patahan tanah, orang biasa menyebutnya “Patahan Lembang”. LIPI memperkirakan periode pergerakan tanah ini sekira 400 ─ 700 tahun sekali. Sementara gempa terakhir yang lumayan besar pernah terjadi sekira 500 tahun lalu.

Eko Yulianto, Peneliti Paleoseismologi dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, seperti dilansir Kompas.Com (06/10/2010) menuturkan bahwa dengan panjang Patahan Lembang 22 km akan berpotensi menimbulkan gempa mencapai 6,1 SR. Dampaknya bisa menyamai kejadian gempa Yogyakarta, Mei 2006 lalu yang menewaskan ribuan orang. Apalagi, menurutnya, kondisi tanah di Bandung tidak jauh beda dengan Yogyakarta, merupakan tanah endapan muda bekas danau purba. Karena itu, cukup dengan gerakan gempa kecil bisa berdampak luar biasa. Brian Atwater, Peneliti Paleotsunami dari United States Geological Survey (USGS) menyatakan bahwa ancaman bencana Patahan Lembang termasuk kategori dunia.
Pernyataan ini tentu bukan dimaksudkan untuk membuat resah warga Bandung. “Kami ingin mengingatkan warga Bandung bisa bersiap-siap dan waspada. Bagaimanapun, informasi adalah bentuk peringatan dini yang paling dini,” demikian ucap Eko Yulianto.
***
Menatap Kota Bandung dari kejernihan hawa Lembang


Pemberangkatan hiking dari kantor PT Sygma Examedia Arkanleema Jln. Babakan Sari I No. 71 Bandung. Ih....yang moto bau....kasihan Teh Beina sama Pak Ade tuh....sampai harus tutup hidung.


Suporter PERSIB pun tidak mau kalah, selalu eksis meski harus menyusuri jalanan Lembang


Beberapa bulan lalu, saya beserta teman-teman kantor di penerbit buku PT Sygma Arkanleema Bandung, terutama dari kru redaksinya berkesempatan hiking menyusuri pegunungan yang disinyalir bagian dari Patahan Lembang Bandung. Bersama lebih dari lima belas orang, kami berangkat dari kantor PT Sygma di Jln. Babakan Sari I No. 71 Bandung mengendarai mobil kantor. Mobil kami berhenti menurunkan para awaknya untuk memulai hiking dari Caringin 3, wilayah Kabupaten Bandung Barat. Kami berjalan menembus dinginnya kota Bandung saat itu menuju jalan kea rah Maribaya, Lembang. Di antara kru ada yang Bandung banget, syal PERSIB selalu setia menemani dirinya selama perjalanan berlangsung. Setiap event foto-foto pun selalu ditampilkan dengan jelas syal PERSIB-nya.

Sepanjang perjalanan berpapasan dengan ibu-ibu pengangkut rumput yang menggendong bawaannya begitu banyak di punggung. Subhanallah, wanita-wanita perkasa. Kami yang hanya membawa bawaan kecil di tas (paling berisi makanan) rasanya sudah seberat beton bawanya, apalagi mereka dengan beban sedemikian banyak. Taklepas rasa kagumku atas ketegaran dan keperkasaan ibu-ibu yang tinggal di lereng pegunungan Lembang ini, bahkan sebagian sudah di atas paruh baya usianya. Ada juga nenek-nenek yang kami temui di hutan sedang mengumpulkan kayu bakar. Subhanallah, dia masih harus menempuh perjalanan panjang untuk kembali ke kampungnya dengan beban kayu sedemikian banyak.

Para wanita perkasa di lereng Lembang yang harus berjuang hidup memikul beban ekonomi keluarga. Tidak gentar dan mengeluh meski harus bersimbah peluh dengan memikul kayu dari hutan di daerah Lembang ke rumah mereka di pemukiman yang jauh dari hutan. 


Apa pun dilakukan demi dapur mengepul, asal halal. Menyabit rumput pun bolehlah. Tidak harus dimonopoli sebagai pekerjaan laki-laki


Nenek-nenek pun tidak kalah kuat. Meski turun-naik pegunungan di daerah Lembang untuk mencari kayu bakar, dia tetap bersemangat dan pantang mengeluh


Selain rasa haru dengan sedikit berempati kepada mereka-mereka yang bersusah payah bekerja dengan otot mereka (seperti ibu-ibu yang kami temui sepanjang perjalanan kami), kami tetap bisa menikmati perjalanan ini dengan fresh. Setidaknya karena kami bisa melepas lelah dan keluar dari rutinitas kerja yang kadang terasa membelenggu walaupun setelah itu kaki dan badan jadi pegal-pegal. Banyak sekali gurauan-gurauan yang tidak bisa kami lakukan di dalam kantor dan hanya kami temui di lapangan seperti ini.

Alhamdulillah, perjalanan menyusuri Maribaya berjalan dengan sukses (sukses capeknya juga). Sebelum benar-benar kembali ke Bandung kami mampir di rumah salah satu anggota tim (Ahmad Andriana, rekan kerja kantor) yang rumahnya di Lembang. Menuruni Maribaya menuju rumahnya terasa begitu jauh untuk tubuh-tubuh yang lelah saat itu. Akhirnya kami nyarter mobil untuk sampai ke sana. Makanan siap saji (disajikan oleh tuan rumah tentunya) sudah siap menyapa kami di sana. Perut lapar dan tubuh lelah selama perjalanan terbayar sudah. Nasi uduk, tahu, tempe, ayam, lalapan, termasuk lalapan yang banyak menjadi idola, yaitu petai (orang Sunda menyebutnya peteuy) siap mengganjal perut kami.

Puas makan, mengelus-elus perut yang kekenyangan sambil bercanda melihat-lihat hasil video rekaman di HP yang sempat diabadikan salah satu kru. Tertawa lepas Pak Tio (layouter kantor) mengundang tawa rekan-rekan yang lain. Terus tertawa Pak Tio……sampai pegal……

Saat seperti itu ancaman Patahan Lembang Bandung yang konon begitu ganas seolah tidak pernah terlintas di benak kami karena memang saat itu tanah kami berpijak tidak sedang bergejolak. Wallahu’alam. Semua atas kuasa Allah. Dia menciptakan keindahan seperti pegunungan di Lembang sekaligus ancaman bencananya mungkin agar manusia tidak pernah lupa bersyukur dan bersabar, sekaligus menghilangkan rasa takabur dalam diri kita. Semoga perjalanan ini memberi hikmah lebih besar daripada apa yang kami rasakan, terutama dalam mengenal kekuasaan, keindahan, sekaligus ancaman dari Allah agar semua bermuara untuk mengenal-Nya lebih jauh. Amin.@

Maju terus pantang mundur.....


Ke sanalah kita melangkah.....


Awas....swiper sayuran....!


Pedagang sayuran kambuhan....klo sakitnya lagi kambuh....dagang deh....buat beli obatnya. hehehe....


Mau hiking ke gunung ato mau jalan-jalan ke mall nih bu......


Kakek tua dari lembah Lembang....


Sedang menyamakan pose dengan gambar di kaos. Udah mirip belum?.....


Beginilah gaya sang putri memetik bunga.....


Trio Macan Syariah turut beraksi meramaikan acara hiking


Aua......Beginilah gaya Tarzan Lembang mengangkat pohon tumbang


Ini pose gak kobe (koreksi beunget, red) semua....gak ada yang fokus


Perawan di sarang penyamun....


Selamat tinggal Lembang....selamat tinggal kenangan indah bersama rekan-rekan Sygma....