Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Rabu, Juni 10, 2009

Apakah Cinta Hanya Milik Insan yang Sempurna?



Saya punya seorang sahabat yang diuji oleh Allah dengan memiliki keterbatasan fisik. Dia lahir dengan hanya memiliki satu tangan. Ketika lulus SMP, karena suatu sebab kakinya mulai sulit dipakai untuk berjalan normal. Dia yang biasa berjalan dan berlari dengan bebas, harus berjalan menggunakan tongkat. Kalau bepergian jauh harus dibantu kursi roda. Kondisi fisiknya ini membuatnya harus puas bersekolah hingga SMP.

Namun ada satu semangat kuat yang terpancar dari dirinya, ia bercita-cita besar menjadi seorang penulis. Menjadi penulis memang tidak membutuhkan kerja fisik yang berat, sehingga sangat memungkinkan baginya untuk mewujudkan keinginannya itu selama dia terus belajar dan berusaha. Saya pun sering memotivasi dia untuk terus menulis setiap hari tentang apa pun yang dia pikirkan atau yang terlintas dalam pikirannya. Untuk melihat perkembangan kemampuannya dalam menulis, dia mengirimkan tulisan-tulisannya lewat surat ke alamat saya. Saya pun rajin membalas surat untuk mengomentari tulisan-tulisannya itu. Meski saya sadar kalau saya bukanlah siapa-siapa di dunia penulisan (mungkin belum layak mengomentari tulisan orang lain), tapi semoga kesediaan saya memberi masukan atas karya-karyanya ini akan terus memotivasi dia untuk mewujudkan cita-citanya sebagai seorang penulis.

Suatu saat dia menulis tentang bagaimana perasaannya kepada seorang pria yang memberi perhatian lebih hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya. Namun ketika teringat kondisi fisiknya, keraguan seketika mengusik hatinya. “Pantaskah seorang yang cacat seperti saya jatuh cinta? Kalau pantas jatuh cinta, lalu bagaimana saya bisa meraih cinta ini?” tanyanya. Jujur, saya merasa kesulitan menjawab pertanyaannya ini. Saya paham bagaimana perasaannya terhadap pria itu. Seperti pungguk merindukan bulan. Jangankan orang yang memiliki keterbatasan fisik, orang normal pun kadang merasa minder kalau berhadapan dengan orang yang dia cintai.

“Bagi orang lain yang normal, mungkin mudah meraih cintanya. Tapi tidak bagi saya?”, tanyanya kembali di surat. Saya mencoba membalikkan pertanyaannya, “Benarkah setiap orang normal pasti mudah mendapatkan cintanya?” Jawabannya tidak. Karena rizki, jodoh dan ajal adalah rahasia Allah. Kita manusia lemah, tidak bisa menebak. Satu hal yang menurut kita tidak mungkin, menurut Allah mungkin dan mudah saja. Saya teringat dengan kisah Kang Ato, seorang jamaah Daarut Tauhiid yang kondisi fisiknya nyaris sulit difungsikan seperti manusia pada umumnya. Penyakit polio membuatnya lumpuh. Menurut logika manusia, sepertinya tidak mungkin ada wanita yang mau menikahi pria seperti itu. Tapi ternyata Allah mempertemukan jodoh seorang wanita shalihah untuknya. Subhanallah. Begitupun sebaliknya. Satu hal yang sepertinya mudah, bila Allah tidak berkehendak, pasti tidak akan terjadi. Nike Ardila dan Alda Risma terkenal sebagai artis cantik bersuara merdu dan memiliki banyak penggemar. Tapi sampai akhir hayatnya, ternyata Allah belum berkehendak mempertemukan jodohnya.

Cinta memang tidak bisa dilogika. Orang yang memiliki 10 kelebihan, bukan berarti lebih pantas dicintai daripada seorang yang mungkin hanya memiliki 5 kelebihan. Orang yang memiliki banyak kelebihan, mungkin mudah mendapatkan cintanya. Tapi orang yang dicintai karena kelebihan-kelebihannya saja, bisa jadi cinta kepadanya ini akan cepat luntur, saat satu per satu kekurangannya mulai terkuak. Tapi bila kita mampu menemukan orang yang mau mencintai kita meski dia tahu kekurangan kita, mungkin cinta seperti inilah yang akan kekal dan murni. Semakin lama cintanya akan terus bertumbuh saat kita mampu mengimbangi dengan ketulusan cinta kita. (Tapi memang tidak mudah mendapatkan cinta yang seperti ini) Yah, bukankah cinta itu “walaupun”, “bukan karena”? (Aku menyintaimu “bukan karena…..”, tapi aku menyintaimu “walaupun kau……”).

Jadi, apakah cinta hanya milik insan yang sempurna? Sedang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Kalau kita terlahir ke dunia dalam keadaan sempurna tanpa cela sedikit pun, mungkin kita tak butuh cinta lagi. Saya hanya bisa bilang, justru karena kita lemah, karena kita insan yang tidak sempurna, makanya kita butuh cinta. Agar kita bisa menemukan kekuatan dalam cinta, agar kita menjadi sempurna karena cinta. Saat kita menemukan orang yang kita cintai dan mencintai kita apa adanya, saat itulah kita akan merasa menjadi insan yang sempurna, atau setidaknya membuat kebahagiaan hidup kita menjadi sempurna.

Ada satu pesan bagus dari seorang sahabat yang mampir ke HP saya, katanya, “Kita lahir di dunia ini bukan untuk mencari orang sempurna untuk kita cintai, tapi untuk menyintai orang yang tidak sempurna dengan cinta yang sempurna.”@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untaian kata darimu selalu kunantikan.