Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Senin, September 07, 2009

Perjuangan Keluar dari Dunia “Abu-Abu”



Namun, hubungan itu tidak berjalan lama. Setelah lulus SMP,
sebuah kecelakaan merenggut nyawa Bonie. Rey benar-benar terpukul.


Zemarey Al-Bakhin, pria kelahiran Bandung pada 1979 ini, lebih akrab dipanggil Rey. Rey adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Saat lahir, Rey terlihat begitu cantik; tubuh mungilnya dibalut kulit putih bersih, hidung bangir dengan bulu mata yang lentik. Maka, wajar bila dukun beranak yang membantu persalinan ibunya, mengira Rey anak perempuan. Ibu kandung Rey baru tahu kalau anak bungsunya ternyata berjenis kelamin laki-laki ketika dia mengganti popok anaknya untuk pertama kali. Ibunya sempat terkejut, begitupun bapak dan kakak-kakaknya. Namun, akhirnya mereka malah tertawa bareng. Padahal, tadinya mereka sepakat untuk memberi nama perempuan pada bayi itu. Tapi, setelah kejadian itu mereka akhirnya memberi nama Zemarey Al-Bakhin.

Kejadian yang waktu itu dianggap seperti guyonan, ternyata menjadi pertanda keganjilan pada kehidupan bayi mungil itu di kemudian hari. Keganjilan apakah gerangan?

Mengenal Dunia Gay

Semasa SD, Rey kecil masih tetap terlihat cantik. Tidak sedikit orang bilang kalau Rey terlalu cantik sebagai laki-laki. Teman-temannya sering memanggil “Neng” (sebutan untuk perempuan Sunda). Tapi, Rey kecil tidak pernah menggubris olok-olokan itu. Yang terpikir dibenaknya adalah keinginan untuk terus belajar. Kerja kerasnya ini menjadikan Rey selalu juara kelas dari mulai kelas I hingga kelas IV SD, bahkan jadi murid teladan di sekolah.

Memasuki masa SLTP, Rey semakin sadar akan jati dirinya. Ia mulai merasa terganggu dengan gunjingan, cemooh dan ejekan dari orang-orang sekitar tentang keadaan fisik dan cara bicaranya. Rey mulai merasa malu, minder, dan sedih. Saat seperti itulah Rey mengenal seorang pria di kelas yang begitu pengertian, Bonie namanya. Dia satu-satunya pria yang tidak pernah mengolok-olok dirinya, bahkan selalu membelanya di depan temannya yang lain. Persahabatan ini terus berlanjut. Tanpa Rey sadari, muncul perasaan lain di hatinya. Rey mulai menyukai teman prianya itu. Senyum dan segala kebaikannya selalu terngiang di benak Rey, rasa rindu untuk selalu bertemu pun selalu mengusik hatinya. Rey bahkan pernah cemburu dengan pacar Bonie. Muncul pertanyaan di benak Rey, “Apakah aku mencintai Bonie?” Meski sisi hati Rey yang lain menolak karena sadar menyintai sesama jenis sangat dilarang agama. Tapi, hatinya sulit mengingkari “perasaan cinta” itu.

Gayung bersambut, ternyata Bonie pun memiliki perasaan yang sama pada Rey. Wanita yang selama ini dikencaninya ternyata “lipstik” belaka, sekadar menunjukkan kalau dia bisa punya pacar. Padahal, hatinya tersiksa karena lebih menyintai pria sejenis. Pria itu adalah Rey. Mereka pun “jadian”. Namun, hubungan itu tidak berjalan lama. Setelah lulus SMP, sebuah kecelakaan merenggut nyawa Bonie. Rey benar-benar terpukul. Sedih dan pilu begitu menggelayuti hatinya.

Keluarga Rey memang tidak tahu perasaan Rey pada Bonie. Mereka hanya tahu kalau Rey selalu tampil beda dari pria pada umumnya hingga orangtua dan kakak-kakaknya sering memarahi dan menuntut Rey untuk tampil sejatinya seorang pria. Tuntutan itu begitu menyiksa, belum lagi dengan cemooh dan ejekan orang-orang di sekitarnya. Tidak jarang Rey menyalahkan Tuhan. “Mengapa Allah menciptakan diriku seperti ini?,” jerit hati Rey. Kalau boleh memilih, tentu saja Rey tidak mau terlahir seperti itu. Secara fisik, Rey seorang lelaki tulen. Namun, batinnya cenderung seperti perempuan. Rey seolah merasakan ketidakadilan Tuhan pada dirinya.

Meski Rey memiliki kecenderungan batin yang menyimpang, tapi dia tidak pernah terjerumus ke jurang kenistaan. Dalam kelelahan batin seperti itu, Rey jadi sering menyendiri di kamar dan membaca buku. Lalu, muncul keinginan untuk shalat, mengaji dan mendekatkan diri kepada Allah. Rey mulai merasakan ketenangan batin setelah menunaikan shalat. Dia terus berdoa memohon petunjuk dan ampunan pada Allah. Meski Rey belajar Al-Quran secara otodidak dari buku tajwid, akhirnya dia bisa membaca Al-Quran dengan benar. Sampai ada orang yang mau berguru ngaji padanya. Kegiatan mengajar ngaji pun terus berlanjut, murid-muridnya semakin bertambah.

Pernikahan yang Mengubah Hidup

Dengan segala daya upaya, Rey terus menumbuk perasaan tertariknya dengan sesama pria dan menampik datangnya godaan dari pria. Namun, Rey tetap sulit menyintai wanita. Meski pernah sekali menjalin hubungan dengan seorang wanita, akhirnya Rey memilih putus dengannya. Setelah itu, pernah pula ada wanita lain yang menyatakan cintanya pada Rey, tapi tetap saja hati Rey tidak terbuka.

Perang batin terus berkecamuk di hati Rey, antara menuruti perasaan dan keinginan mengingkarinya karena sadar akan azab Allah. Saat itulah Rey terus menguatkan doa dengan segenap keyakinan kalau Allah pasti akan menolong hamba-Nya. Rey sadar, tidak baik kalau terus memelihara perasaan menyimpangnya. Sampai akhirnya Allah mendengar doanya. Rey melihat seorang perempuan di sebuah acara hajatan saudara. Ada sedikit rasa GR karena merasa diperhatikan oleh perempuan itu. Ketika sampai di rumah, entah mengapa Rey terus teringat dengan perempuan itu. Ada keinginan untuk menganalnya lebih jauh. Wajah dan penampilannya memang sederhana, tapi Rey menemukan hal berbeda pada tatapan matanya yang membuat hatinya tergetar. Mungkin sudah menjadi ketentuan Allah, mereka akhirnya bisa kembali betemu dan saling mengenal lebih jauh. Untuk pertama kalinya Rey mencintai seorang perempuan yang akhirnya menjadi istrinya.

Setelah menikah, sedikit demi sedikit Rey mulai menceritakan ihwal dirinya pada istrinya. Pada awalnya, istrinya sempat terkejut. Tapi. akhirnya dia mau menerima Rey dengan ikhlas. Satu hal yang membuat Rey bahagia, memiliki istri shalihah yang mau menerima dirinya apa adanya. Rey pun berusaha menafkahi istrinya lahir maupun batin sebagai bentuk kewajiban seorang suami. Kini, Rey dan istri memiliki dua orang anak angkat yang melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. (Indah/Tabloid MQ)

Komentar Pakar (Dr. Tauhid Nur Azhar, M.Kes.)

Gay Bisa Berubah karena Kekuatan Doa

Perilaku penyimpangan seksual seperti yang terjadi pada kaum Nabi Luth, secara historiografi selalu ditemukan hampir pada setiap generasi. Jadi, bukan merupakan penyakit zaman.

Setidaknya ada tiga faktor penyebab penyimpangan seksual, baik gay atau lesbi, seperti yang dialami Rey. Pertama, ada struktur genetika yang mengarah pada penyimpangan seksual dengan ditemukannya kromosom Xq21. Orang beriman yang mengalami penyimpangan seksual karena faktor gen akan merasakannya sebagai sebuah ujian. Hal ini bisa diubah dengan kekuatan doa. Bila doa dipanjatkan dengan tulus dan penuh keyakinan pada Allah, gen ini bisa berubah atau bahkan tidak aktif lagi. Sebab, doa orang beriman akan mampu meningkatkan neuroendrokin yang akan mengubah ekspresi gen.

Kedua, pola asuh yang kurang tepat pada fase tumbuh kembang. Hal ini akan memengaruhi aspek psikologi perkembangan. Bila seseorang dikondisikan menjadi androgini (kepria-priaan bagi wanita) atau menjadi feminin (untuk pria), maka konsep tubuhnya akan terdorong pada kecenderungan yang diberikannya itu. Laki-laki bisa jadi berperan sebagai perempuan, atau sebaliknya.

Pola pengasuhan yang benar dapat dilakukan dengan menempatkan anak sesuai fitrah dan tahapan perkembangannya. Jangan dibiasakan memberi pelajaran yang sifatnya instant atau menekankan cap tertentu pada anak. Bahayanya, anak akan memiliki pandangan sempit bahwa yang bagus itu A atau B. Padahal ada yang lebih bagus di luar A dan B. Maka bebaskan anak memiliki prefensi sendiri.

Ketiga, peran gen sosial. Richard Brodie dan Richard Dawkins, menyebutnya dengan istilah “meme”. Meme ini diduga sebagai sifat yang ditularkan karena kebiasaan. Perilaku ini ditularkan tidak hanya karena faktor lingkungan, tapi juga karena faktor interaksi antar manusia yang menular sampai ke tingkat biologis (genetika). Gen sosial ini dapat menular dan mengubah sistem pengambilan keputusan seorang manusia. Itu sebabnya, dalam metode “Tombo Ati” disebutkan “wong kang saleh kumpulana”. Artinya, berkumpul dan dekatilah orang-orang shalih karena dengan kondisi keshalihan mereka, selain akan tertular perilaku positifnya, akan tertular pula materi genetiknya.

Perubahan akibat pengaruh lingkungan ini sangat signifikan karena tidak hanya dari pola pikir dan tataran konseptual, tapi juga sampai ke hal-hal fisik. Seseorang yang sering dielus-elus, prefensi rasanya bisa berubah. Peran hipotalamus, posisi pengambilan keputusan di otak, bintik-bintiknya akan berubah. Ada rasa enak. Kalau yang memegang agak kekar, akan terasa nyaman.

Untuk bisa berubah, harus memiliki tekad kuat, disertai doa dan ikhtiar karena sebenarnya perubahan selera atau orientasi sangat mungkin terjadi. Allah tidak akan mengubah nasib seseorang, bila dia tidak berusaha mengubah dirinya sendiri. Perasaan itu harus dilawan. Perubahan bisa instant, tapi bertahap. Pada kasus Rey, salah satunya adalah karena peran istri. Wallahu a’lam ***

(Kisah lengkapnya ada di buku “Tuhan Tidak Pernah Iseng: Misteri Penyimpangan dan Pertobatan Anak Manusia” yang ditulis oleh Zamarey Al Bakhin)

2 komentar:

  1. Selamat malam kawan,salam kenal dari saya,terimakasih telah menambah wawasan bagi saya dengan tulisan-tulisan yang bermakna
    Temukan rahasia terabaikan dari huruf hijayah dan kehebatan budaya kita antara lain kisah perang baratayuda yang sebenarnya jauh lebih hebat di bandingkan kisah fiksi dari negara lain.....baca artikel lengkapnya di rahasia dari yang terabaikan atau
    curahkan kegelisahan hati anda seputar cinta di manajemen cinta
    senang berkenalan.....

    BalasHapus
  2. terima kasih atas kunjungannya, sudah saya kunjungi balik blog Anda.

    BalasHapus

Untaian kata darimu selalu kunantikan.