Oleh Indah Ratnaningsih
Kalau kita tidak menghisab diri dan menyesali, serta mohon ampun kepada Allah Swt., maka di akhirat nanti semua anggota tubuh kita akan memberikan kesaksian yang tidak bisa kita elakkan.
SAKIT, sering membuat orang merasa resah. Apalagi kalau ternyata vonis dokter menyatakan kita terserang ”kanker” atau penyakit mematikan lainnya. Setiap hari selalu ada orang yang datang ke rumah sakit dengan berbagai keluhan hingga rumah sakit di mana pun tidak pernah libur dari pasien. Tidak sedikit orang mengeluh sakit, tetapi dokter merasa sulit mendiagnosa apa penyakitnya hingga general check-up menjadi alternatif untuk menemukan penyakit. Merasa tidak puas dengan pelayanan pengobatan di Indonesia, kadang orang yang berduit memilih Singapura untuk berobat. Kita rela mengeluarkan begitu banyak biaya untuk suatu penyakit yang kita derita karena takut akibat buruk dari penyakit tersebut, apalagi kalau nyawa taruhannya. Namun, pernahkah kita meresahkan ”hati” tempat merujuk baik buruknya seluruh amalan kita? Bukankah Rasulullah saw. pernah menyatakan, "Sesungguhnya suatu amalan tergantung dari niat." Sedang niat bersumber dari hati.
Sahabat....
Pernahkah kita mendengar kisah pengalaman seseorang ketika beribadah haji atau umrah? Di Mekah, betapa setiap amalan baik dan buruk sekecil apa pun, bahkan sesuatu yang baru terbertik di hati sekali pun sudah ditunjukkan balasannya secara cash oleh Allah Swt. Sombong dan ujub sekecil apa pun, kedongkolan yang baru tertambat di hati apalagi yang sampai terucap di mulut, akan langsung dirasakan akibatnya. Begitu pula kebaikan meski sekecil apa pun akan terasakan nikmatnya. Sungguh Allah Maha Membalas setiap amalan manusia. Subhanallah....tanah suci-Nya banyak memberikan hidayah pengingat akan setiap amalan manusia. Andai seluruh tempat milik Allah seperti Mekah Al Mukaramah, tentu setiap kita akan berhati-hati melakukan segala aktivitas. Andai setiap kita mampu mengontrol setiap gerakan hati agar memiliki niat yang lurus pada setiap amal, tentu berharap memiliki raport baik di akhirat bukan sekadar impian.
Sahabat...
Fenomena balasan amal manusia secara cash di Tanah Haram Mekah, di satu sisi akan terasa menakutkan bagi orang yang merasa diri banyak melakukan dosa besar. Dia akan takut pergi ke sana karena takut balasan dari Allah akan semua amal buruknya. Sehingga orang seperti ini lebih memilih menunaikan ibadah haji pada usia senja. Padahal umur manusia tidak ada yang tahu kapan akan berakhir. Bila balasan amal di dunia saja sudah sebegitu mengerikan bagi sebagian orang, tentu balasan amal manusia di akhirat nanti lebih dahsyat lagi. Aa Gym sering mengingatkan kita dalam ceramahnya bahwa bahaya terbesar dalam hidup adalah ketika kita sibuk dengan kekurangan dan kesalahan orang lain sehingga kita tidak memiliki cukup waktu untuk melihat kekurangan dan kesalahan diri. Kita pasti memiliki banyak dosa, tetapi masalah yang berbahaya bagi kita adalah ketidakberanian melihat dosa dan kesalahan diri.
Sahabat....
Setiap kita akan mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatan kita di akhirat nanti kepada Allah Swt. Seperti seorang pasien rumah sakit yang sedang melakukan general check-up untuk mengatahui apa penyakit yang diderita, begitupun di akhirat nanti. Seluruh anggota tubuh kita akan berbicara, melaporkan amalan apa saja yang pernah kita perbuat. Adakah nanti banyak mengumpulkan nilai kebaikan ataukah keburukan?
Sahabat....
Bila kita belum bisa menjadi seperti seorang sufi yang begitu merindukan bahkan memohon kepada Allah Swt. agar ditunjukkan dosa-dosanya setiap saat, setidaknya kita bisa terus berusaha mengevaluasi diri. Dosa apakah yang telah diperbuat oleh kedua tangan kita hari ini? Adakah mulut kita pernah melukai perasaan hati orang lain? Ke mana kita langkahkan kaki kita hari ini? Adakah kemaksiatan yang diperbuat oleh mata dan setiap bagian dari tubuh kita? Seabreg pertanyaan evalusi diri sebagai bentuk general check-up ruhiyah selayaknya terus kita lakukan.
Sahabat...
Kalau kita tidak menghisab diri dan menyesali, serta mohon ampun kepada Allah Swt., maka di akhirat nanti semua anggota tubuh kita akan memberikan kesaksian yang tidak bisa kita elakkan. Wallahua’lam. (Tabloid MQ, Sept, 2004)***
fitrah seorang anak kecil yang ditinggal mati ibunya, ialah mencari pelukan sejati. walaupun ada embak, tante, budhe, eyang putri yang memberikan tulus kasih sayangnya, tetap saja si anak selalu merindukan 'yang telah hilang'. pun, tak tergantikan oleh apapun dan siapapun.
BalasHapusmanusia, akan kembali mencari fitrah diri, pencarian tiada bertepi. penuntunnya, pembimbingnya, penciptanya, dan akhirnya rinduk untuk kembali pada-nya. sadar atau tidak. sampai akhirnya 'firaun berkata', "kalau begini mah, aku juga percaya sama tuhannya musa dan harun", ketika nafas terlanjur tercekat dan sadar apa yang dicari dan diyakini salah.
akur, hisablah dirimu sebelum dihisab.