Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Selasa, September 01, 2009

Akhirnya Terbit Juga Buku Atas Namaku



SATU kebanggaan bagi seorang penulis adalah ketika buku karyanya diterbitkan dan dibaca banyak orang, syukur-syukur bisa best seller. Namun ternyata, proses ke arah sana tidaklah mudah. Butuh perjuangan dan kesabaran untuk melewati sebuah proses yang panjang.

Berawal dari hobi menulis buku harian sejak SMP, saya mulai terlatih untuk memformulasikan pemikiran dan perasaan secara lebih sistematis melalui tulisan. Ketika tidak puas menulis di buku harian, saya mulai menulis puisi. Namun, tulisan-tulisan saya ini tidak pernah saya publikasikan, hanya menjadi konsumsi pribadi. Cukup sebagai bentuk pelampiasan perasaan dan kepenatan hati.

Ketika kuliah, barulah saya mulai lebih serius menekuni dunia tulis-menulis. Saya mengikuti berbagai pelatihan jurnalistik yang digelar di kampus dan di luar kampus. Saya juga aktif di pers kampus dan mengelola buletin. Begitu lulus kuliah, saya bergabung dengan sebuah tabliod Islami di Bandung sebagai wartawan. Setelah tiga tahun malang-melintang sebagai pencari warta, saya mulai melirik dunia buku.

Tulisan pertamaku dalam bentuk buku yang terbit berjudul “Tuhan Tidak Pernah Iseng: Misteri Penyimpangan dan Pertobatan Manusia”. Penutur asli buku ini adalah Zamarey Al Bakhin sekaligus tercantum sebagai penulisnya. Sedangkan saya hanya tertulis sebagai penulis pendamping (co-writer) yang dicantumkan di halaman dalam (KDT), bukan di cover buku. Itulah risiko sebagai penulis pendamping. Buku itu berisi tentang kisah nyata seorang gay yang telah bertobat. Jadi, otomatis penulis utamalah yang paling tahu alur kehidupannya dari A to Z. saya hanya membantu menyusun bab per bab-nya sesuai alur kehidupannya dan membantu bagaimana kisahnya ini menjadi layak dibaca oleh publik. Maka wajar kalau saya hanya dicantumkan sebagai penulis pendamping.


Ketidakpuasan tentu saja ada, tetapi itulah yang memacu saya untuk terus berkarya. Akhirnya terbit buku keduaku yang berjudul “Extraordinary Wives: Kisah Istri Biasa yang Berhati Luar Biasa”. Lagi-lagi saya harus puas hanya sebagai co-writer. Buku ini merupakan kumpulan kisah nyata dari para istri yang mengalami ujian berat dalam hidup ketika mendampingi suaminya, tetapi mereka tetap bersemangat dan bersabar menjalankan perannya sebagai istri yang setia. Saya mewawancarai mereka dan menuliskannya di buku tersebut. Dari sepuluh kisah yang tertuang dalam buku tersebut saya menulis enam kisah hasil wawancara dengan para tokoh.


Di hati saya bertanya, “Kapan bukuku terbit atas namaku sendiri?” Alhamdulillah, pertanyaanku kini terjawab sudah. Buku ketigaku terbit. Judulnya “99 Bisnis Modal ≤ 10 Juta”. Buku itu tidak saya tulis sendiri, ada Nurul Hidayati yang menjadi partner saya. Selain menulis, beliau juga seorang editor dan membuka beberapa bisnis kecil-kecilan.

Konon kabarnya buku ini masuk jajaran buku Best Seller di Gramedia. Namun, berapa jumlah penjualannya saya tidak pernah tahu karena perjanjian buku ini dengan penerbit adalah jual putus. Ini menjadi pengalaman berharga bagi saya agar lebih selektif menerima order menulis buku, baik dari penerbit langsung maupun dari perusahaan jasa penulisan buku. Sistim "jual putus" dalam banyak sisi lebih banyak menguntungkan penerbit buku dibandingkan untuk penulisnya.

Meski belum memberi keuntungan secara materi, saya tidak boleh menyerah untuk terus berkarya. Lagi-lagi saya merasa tertipu meski sedikit senang. Sebuah buku beredar di pasaran dan namaku terpampang sebagai penulisnya meski saya tidak tahu-menahu tentang buku ini karena penerbit maupun pihak perusahaan jasa penulisan tidak pernah konfirmasi ke saya. Bisa jadi penerbit terinspirasi kesuksesan buku “99 Bisnis Modal ≤ 10 Juta” sehingga mereka menerbitkan buku "99 Bisnis Pensiunan" (atas nama saya bersama rekan penulis lain bernama Sigit Rais) meski tanpa konfirmasi dengan saya sebagai penulisnya (seperti tertera di cover buku tersebut). Kelegaan dan kebahagiaan saya dengan beredarnya buku atas nama saya sendiri kini beralih menjadi kekecewaan, "Kok begini mereka memperlakukan penulis buku?" Mereka hanya memikirkan keuntungan semata, tetapi tidak memikirkan perasaan saya (atau kami) para penulis. Begitu murahnya hak cipta di negeri ini dihargai. Ah, apa pun yang terjadi, saya tidak boleh surut semangat untuk terus berkarya dan berkarya membuat yang terbaik. Ayo, terus menulis.

“Ya Allah…bimbing hamba agar dapat melahirkan karya-karya yang dapat bermanfaat bagi umat. Amin” @

2 komentar:

  1. SElamat akhirnya go.....salam sukses selalu aamiin....

    BalasHapus
  2. MIQRA alias Kang Arda, makasih spiritnya.
    sukses juga buat Kang Arda.

    BalasHapus

Untaian kata darimu selalu kunantikan.