Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Minggu, November 28, 2010

Video Erupsi Merapi




Tidak sabar rasanya ingin segera berbagi dengan pembaca blogku tentang hasil jalan-jalan di Merapi.

Alhamdulillah saya bisa kembali dengan selamat dan tiba di Bandung setelah dua hari tinggal dengan para pengungsi penduduk Merapi. Kebetulan saya punya seorang sahabat yang tinggal di Ngampel-Sengi, Kecamatan Ndukun, Kabupaten Magelang, sekitar 8 km dari Merapi. Bersilaturahmi sekaligus jalan-jalan mengelilingi Merapi membawa banyak hikmah. Salah satu oleh-olehnya saya upload hasil yang ada sebagai oleh-oleh utama, yaitu video erupsi Merapi yang terjadi hari Rabu, 3 November 2010. Gambar ini diambil oleh sahabat saya, Winarno, penduduk asli Merapi yang lahir dan besar di sana sehingga sangat mengenal Merapi secara mendalam.

Boleh dibilang hari Rabu itulah awal mula Merapi bergejolak. Saat gambar tersebut diambil sekitar pukul 10 atau 11 siang. Warga Ngampel-Sengi masih sedikit santai (meski tetap terselip rasa khawatir) karena awan panas Merapi bergerak ke arah Selatan kampung mereka. Sore harinya, sekitar pukul empat sore, Merapi semakin bergejolak mengeluarkan awan panas "wedus gembel" sehingga membuat penduduk panik dan mulai turun gunung menuju tempat yang dirasa aman. Penduduk Desa Ngampel yang berada 8 km dari Merapi turun ke desa yang berkisar 13 km dari Merapi. Dua hari berikutnya menjadi masa yang sangat menegangkan sekaligus menakutkan, puncaknya malam Jumat tanggal 5 November 2010 pukul 24.00 wib. Gemuruh Merapi sangat jelas terdengar seperti gemuruhnya suara kereta. Gemuruh ini dirasa lebih besar dan terasa lebih mencekam dibanding amuk Merapi sebelum-sebelumnya, bahkan hingga beberapa tahun ke belakang saat Merapi pernah mengamuk dan mengeluarkan aksinya.

Penduduk Ngampel-Sengi bahkan harus turun lagi ke tempat lebih aman karena status aman Merapi terus meluas dari 10 km bertambah menjadi 15 km, bahkan lebih luas lagi hingga 20 km dari Merapi. Sampai akhirnya mereka mengungsi di radius 25 km dari Merapi yang dianggap sebagai status aman. Hal ini tentu bukan perkara mudah. "Amuk Merapi" ini hampir selalu terjadi pada malam hari hingga mereka pun pernah turun gunung pada pukul 00.00 untuk menghindari bencana akibat Merapi ini. Kondisi ini terjadi pada malam Jumat tanggal 5 November 2010. VIVAnews.com. bahkan menyebut letusan Gunung Merapi yang terjadi pada 5 November dini hari ini sebagai letusan terhebat. Letusan itu membuat abu vulkanik menyebar hingga ke Bandung. Bahkan, pada pukul 01.10, lava pijar sempat keluar dari Merapi. Lava pijar ini mengarah ke barat menuju Kali Kuning, Kali Gendol dan sebagian ke Kali Woro. Lava juga mengalir ke arah timur.

Korban tewas bencana Gunung Merapi hingga hari Kamis (11/11/2010) mencapai 198 orang. Sedangkan 303.233 warga Merapi menjadi pengungsi. Demikian data yang diberikan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam pesan singkat yang diterima, Kamis (11/11/2010) yang dilansir oleh VIVAnews.com. Korban terbanyak terdapat di kampungnya Mbak Marijan, Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Total korban Merapi yang tewas dengan rincian di Sleman 163 orang, Magelang 17 orang, Boyolali 3 orang, dan Klaten 15 orang.

Semoga bencana ini menjadi pelajaran kehidupan terbaik bagi kita, baik untuk yang mengalaminya maupun tidak. Hidup hanya sementara, tinggal bagaimana kita memperbanyak amal ibadah kita kepada Allah Swt. Wallahu'alam.@

Jembatan Sungai Tlingsing, desa Ngampel-Sengi, Ndukun-Magelang sebelum erupsi Merapi 2010. Tampak indah dan anggun dengan pemandangan hijau di sekelilingnya.


Jembatan Sungai Tlingsing pascaerupsi Merapi 2010. Lahar dingin mengaliri atas jembatan, bahkan dua batu sebesar kerbau dengan seenaknya nongkrong di tengah-tengah jembatan. Pembatas/pagar jembatan di samping kanan-kirinya sampai hilang diterjang lahar dingin Merapi. DAHSYAT!

Jembatan Sungai Tlingsing saat lahar dingin surut. Dalam kondisi normal seharusnya air mengalir di bawah jembatan.



Orang-orang kampung Ngampel-Sengi sedang bergotong-royong menyingkirkan dua batu besar yang menghalangi jalan di jembatan tersebut


3 komentar:

  1. tidak ada 'bencana', yang ada hanya 'kekuasaan' allah aza wa jalla.

    tinggal mainkan sudut pandang, "terbaik di mata allah, atau terbaik di mata manusia?"

    BalasHapus
  2. Salwangga, semua yang terhampar di dunia adalah yang terbaik di mata Allah Swt. Hanya saja manusia--dengan sudut pandang tertentu--sering sulit melihat kebaikan itu. merenung dan selalu berprasangka baik kepada Allah insya Allah akan mengantarkan kita untuk memahami dan menemukan kebaikan it. semoga....

    BalasHapus
  3. dibutuhkan 'matabatin' yang super tajam untuk sanggup menilai segala keindahan.

    dan,

    hanya di sujud duapertiga malam saat paling tepat mengasah ketajaman.

    BalasHapus

Untaian kata darimu selalu kunantikan.