Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Senin, Juni 13, 2011

Nge-Blog dapat Jodoh



Beberapa teman memintaku untuk menulis proses perkenalanku dengan seorang pria hingga dia menjadi suamiku. Mungkin karena dianggap aneh, “Kenalan via BLOG kok bisa sampai nikah?” Biasanya orang berkenalan via jejaring sosial, seperti Facebook atau yang lainnya, atau chatting via YM, dll. Tapi kami berkenalan dan menjadi semakin dekat justru melalui penelusuran tulisan-tulisan kami di blog kami masing-masing. Belum lagi proses perkenalan kami hingga ke nikah hanya membutuhkan waktu satu bulan. Aneh atau tidak, tapi itulah realitasnya.

Mungkin karena prosesnya yang begitu cepat itulah membuat saya sendiri kadang masih nggak percaya kalau saya sudah menikah. Akhir tahun 2010 masih lajang, tahun baru 2011 sudah berstatus sebagai istri.

Setelah beberapa kali membuat tulisan ini dengan beberapa kali edit ulang, akhirnya tulisan ini kelar juga. Bisa jadi inilah tulisanku yang terlama prosesnya. Butuh waktu berbulan-bulan. Prolog beberapa kali diganti karena merasa nggak sreg.

Iseng Nge-Blog

Tulisan-tulisan lamaku yang pernah dimuat sebuah media Islami di Bandung ketika saya menjadi wartawati di sana teronggok di folder kamarku. Mau diapain? Dibuat kliping? Hanya bisa dinikmati diri sendiri. Sejak pensiun sebagai wartawati, penaku seakan tumpul. Sesekali saya menulis buku, tetapi tidak cukup. Banyak yang ingin dituangkan melalui tulisan dengan tema bebas tanpa dibayangi tuntutan laku/tidak secara komersil dan bakal dibaca banyak orang atau tidak. Biasanya saya menulis di buku harian (sejak SMP hingga perguruan tinggi), tetapi kini rasanya sudah tidak relevan lagi. Sampai akhirnya saya menemukan cara jitu dan efektif menuangkan pemikiran, yaitu melalui blog. Sejak tahun 2009 saya memulai debut penulisan melalui blog. Tidak pernah terpikir apakah nanti tulisanku bakal dibaca orang atau tidak. Asal saya punya tempat untuk menuangkan pikiran dan perasaan, cukuplah.

Satu-dua sahabat off line yang sama-sama mengelola blog saling mengunjungi dan mengomentari tulisan kami masing-masing. Respons dari orang lain inilah yang membuat saya semakin semangat menulis sampai akhirnya banyak juga pembaca on line yang sama sekali tidak saya kenal sebelumnya. Ketika ada sabahat on line yang mengaku merasakan manfaat dari tulisan-tulisanku, semangat menulis pun kian membubung tinggi meski sama sekali tidak mendapatkan rupiah apalagi dolar dari kegiatan menulis ini. Saya sudah cukup senang karena tulisan saya dibaca orang dan bermanfaat.

Meskipun tidak terlalu aktif, tetapi saya usahakan untuk memosting tulisan minimal satu bulan satu tulisan. Kadang saya mengambil dari tulisan-tulisan lamaku yang pernah dimuat di media massa tempatku bekerja dulu.

Sekali Bertemu untuk Menikah

Akhir tahun 2010, tepatnya awal Desember, ada seorang pembaca yang sangat aktif mengomentari tulisan-tulisanku. Bukan hanya postingan baru, postingan lawas pun dikomentarinya. Bahkan, hampir semua tulisanku di blog dia komentari. Ini orang gila bener. Tulisan-tulisanku di blog dibaca semua kali, yah? Batinku. Padahal tulisanku di blog ini sudah lumayan banyak, lebih dari 60 tulisan. Penasaran. Siapa sebenarnya dia? Kok mau-maunya menghabiskan waktu buat membaca hampir semua tulisanku di blog.

Tidak lama berselang, ada email masuk ke inbox-ku. Rupanya dari komentator teraktif di blog-ku. Tidak langsung mengajak kenalan, tetapi meminta kesediaanku untuk berdiskusi soal tulisan-tulisan. Mengulas tentang tulisan, siapa takut? Siapa tahu saya akan mendapat masukan tentang tulisan-tulisan di blog-ku.

Rupanya dia hobi nulis juga. Aku baca juga blog miliknya “Catatan Salwangga”. Tulisan-tulisannya lumayan enak dibaca. Tema keseharian yang cukup segar. Banyak mengulas tentang pengalaman sehari-harinya bersama anak-anak dan istrinya. Hmm, seorang ayah yang baik dan suami yang cukup bertangggung jawab. Itu kesanku dari membaca tulisan-tulisannya di blog. Selain itu, kayaknya nih orang lumayan kocak juga. Batinku. Ternyata, mempelajari kepribadian seseorang bisa melalui penelusuran pemikiran dan perasaan yang ditulis seseorang. Mungkin itu juga yang dia pelajari dari tulisan-tulisanku di blog pribadiku.

Selain saling menikmati tulisan di blog dan berdiskusi melalui email, kami pun berkomunikasi via chatting YM. Alhamdulillah, kemunikasi kami lancar. Salah satu tulisan hasil chatting-an kami bisa dibaca pada tulisan berjudul “Adaku Bersama Adamu, Adamu Bersama Adaku”.

Dari bicara soal tulisan, obrolan kami kemudian berlanjut hingga curhat masalah pribadi. Nuansa kepedihan tampak begitu lekat di benaknya. Rupanya dia baru kehilangan istrinya yang meninggal karena sakit dua bulan sebelumnya, yaitu Oktober 2010. Sebagai sahabat (meski belum lama kenal), saya mencoba untuk men-support dia semampuku. Tidak puas hanya berkomunikasi via dunia maya, seminggu kemudian dia mengajak bertemu. Entah mengapa saya mau saja diajak bertemu muka, padahal sebelum-sebelumnya saya lumayan selektif untuk masuk lebih jauh dalam kehidupan orang yang baru dikenal, apalagi dengan makhluk bernama cowok.

Kami terpisah di dua kota, Bandung dan Bekasi. Pulang kerja dia langsung meluncur ke Bandung. Karena memakai kereta malam dan sampai di Bandung di atas pukul 23.00 wib., kami baru bisa bertemu keesokan paginya di penginapan dekat stasiun.

Sederhana dan apa adanya. Itulah kesan yang aku tangkap dari caranya berpenampilan. Kami ngobrol-ngobrol sambil sarapan pagi di warung dekat stasiun Bandung. Meski masih terasa canggung dan kaku pada awal pertemuan kami, tetapi saya merasa nyaman saja bersamanya.

Usai sarapan kami pergi ke sentra buku murah di Palasari Bandung, kebetulan ada buku yang sedang dia cari. Dia berhasil mengantongi buku yang dicari, saya pun dapat hadiah buku darinya. Kami melepas lelah dan haus di warung penjual es kelapa muda. Hm…mak nyus. Sedingin dan selega hati ini. Kami kembali ke stasiun untuk mengantarnya pulang ke Bekasi. Ada waktu lebih dari satu jam kami menunggu pemberangkatan kereta ke Jakarta. Kami mengisi waktu dengan berbincang-bincang di outlet makanan dekat loket penjualan karcis.

Tidak terasa azan dzuhur berkumandang. Kami mencari masjid terdekat. Usai shalat kami kembali ngobrol-ngobrol di outlet makanan tempat kami berbincang sebelumnya. Obrolan saat itu sudah mulai cair dan bisa tertawa lepas. Bahkan, saya merasa seolah sedang bertemu dengan sahabat lama yang terpisah sekian tahun. Kami seolah sudah saling mengenal begitu dalam meski kenyataannya baru sekali bertemu.

Cuek, gokil, dan usil. Itulah kesan saya selanjutnya tentang sosok pria yang duduk di depanku ini. Tanpa sepengetahun saya dia mengambil gambar saya dengan kamera HP-nya saat sedang ngobrol bersamanya. Begitu tahu ada kamera yang sedang on saya langsung merebut HP-nya. Rupanya dia sudah menyuting saya sejak pertama bertemu saat sarapan tadi pagi. Tampak di sana segala gerak-gerikku tadi pagi yang masih malu-malu sambil terus menikmati soto. Ah, dasar tukang usil.

Belum lagi kecuekannya. Semua makananku yang nggak habis dia santap sampai tidak bersisa. Dia laper apa doyan? (Belakangan baru dia ngaku kalau saat itu dia kekenyangan benget). Padahal saya hanya makan soto sedikit. Maklum, saya jarang sarapan berat pagi hari. Jadi kalau dihidangkankan makanan berat hanya muat dikit. Itu berarti sama artinya dia makan dua porsi. Hehehe…siapa suruh ngabisin makananku?....

“Tahu nggak doa apa yang Mas panjatkan waktu shalat dzuhur tadi?” dia memulai perbincangan usai shalat dzuhur.

“Ya nggak tahulah. Emang doa apa?” saya tanya balik.

“Ntar ajalah Mas kasih tahu.”

Idih…pake rahasia-rahasiaan segala. Atau dia malu kali yah? Batinku.

Begitu kereta ke Jakarta datang saya mengantarnya sampai pintu masuk. Sendiri lagi. Saya pun siap-siap naik angkot untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan HP-ku berbunyi. Rupanya sms dari dia. Sms yang lumayan panjang dengan tiga kali kirim.
“Ya Fattahu, jika pertemuan ini mengundang berkah-Mu, bukakanlah hati kami untuk saling menerima satu sama lain. Namun, jika hanya akan mengundang keburukan di antara kami, hanya kuasa-Mu juga yang berlaku atas kami. Beri petunjuk-Mu untuk kami, ya Allah. Sesungguhnya, kemuliaan hanya datang dari Engkau. Segala kebaikan hanya dari Engkau. Segala kenikmatan hanya dari Engkau.
“Ya Latif, Duhai Zat Yang Mahalembut. Lembutkan hati kami agar dapat merasakan petunjuk-Mu. Aku mencoba membuka hatiku dengan mengharap ridha-Mu, ya Ilahi Rabbi. Amin.”

Rupanya itu doa yang dia panjatkan bakda shalat dzuhur tadi.

Sms yang cukup membuatku terkesan. Saya yakin dia tipe orang yang sangat mengutamakan agamanya sehingga segala sesuatu dia kembalikan kepada Allah Ilahi Rabbi. Ini salah satu yang saya suka dari dia.

“Bismillah. Ya Allah, jika Indah baik untukku dan agamaku, bukakanlah hatiku untuknya. Jika aku baik untuk Indah, bukalah hatinya untukku. Amiiin.” Smsnya kembali bersarang di HP-ku keesokan harinya.

“Kalau mau jujur, semua tipe pria yang aku inginkan ada dalam diri Mas. Bahkan lebih.” Jawab sms-ku.

“Apa nggak terlalu cepat mengambil simpulan seperti itu?” dia seolah mengorek keraguan.

“Memang kita baru sekali bertemu, tapi saya merasa kemarin seperti pertemuan dua sahabat lama yang baru dipertemukan kembali.” Aku menepis keraguannya yang rupanya diiyakan olehnya. Dia pun merasakan hal yang sama. Yah, bagai dua sahabat lama yang baru bertemu.

“Segala puji hanya untuk-Mu, ya Allah. Engkau yang mempertemukan kami. Engkau yang membuka hati kami. Kami pasrah apa pun takdir-Mu, ya Rahim.” Sms-nya menutup obrolan kami hari itu.

Dua hati telah berpadu. Kami telah saling menerima. Hati telah terisi dengan cinta meski pertemuan itu boleh dibilang sangat singkat. Tiada terpikir di benak kami untuk berpacaran karena keharaman pacaran dalam Islam. Seminggu setelah pertemuan pertama kami, saya pulang kampung untuk liburan. Liburan ini sudah saya rencanakan jauh-jauh hari sebelum pertemuanku dengannya untuk menghabiskan cuti tahunan yang belum saya ambil. Selama perjalanan pulang dia terus meng-sms, menanyakan perkembangan perjalananku, sudah sampai mana, gimana perjalanannya, dan seterusnya. Dia menyatakan keseriusannya untuk melamarku. Bahkan siap datang ke rumah minggu depan untuk melamarku, kalau diizinkan.
Namun,
Pintu itu belum mampu aku buka sepenuhnya.
Masih ada sisa trauma kegalalan masa lalu yang “menganga”
Ada hati yang harus aku jaga “ketenangannya”
Bila hati ini yang terluka tidak mengapa
Tapi “hati ibu” kuingin tetap “sehalus sutra”
Namun, luka ini menjadi lukanya jua….
Hingga sulit kumemisahkannya.
Andai….
Ah….

Dia memberiku kesempatan untuk membicarakan hubungan kami ke orang tuaku sebelum kembali ke Bandung. Namun, 2-3 hari di rumah, masih belum mampu kubuka mulutku, serasa kelu. Sementara dia terus mendesakku untuk membicarakannya. Resah dan gelisah sempat melanda hatinya dalam menanti jawaban ini, hal yang sama juga melanda hatiku. Akhirnya, kesempatan itu datang juga. Saat saya, ibu, dan kakak pertamaku duduk-duduk santai di depan rumah, saya pun memulai pembicaraan tentang kedekatanku dengan seorang pria. Saya bilang kalau kami serius untuk menikah meski tetap harus siap seandainya di tengah jalan akan gagal. Saya tidak mau kegagalanku akan menyakiti hati ibu. Yah, bagaimana pun jodoh di tangan Allah Swt. Hanya Dia yang tahu bagaimana nasib hubungan kami. Saya pun bercerita tentang profil pria yang saat ini sedang dekat denganku. Alhamdulillah, ibu dan kakakku memberi nilai positif pada dirinya hingga pintu itu bisa sedikit terbuka.

Memaksimalkan Ikhtiar dan Doa

Pernikahan, meski sudah kami niati dengan sungguh-sungguh karena Allah semata, tetapi kami tetap pasrah dengan ketentuan Allah Swt. Kami hanya berusaha. Doa dan ikhtiar sudah saya lakukan. Kalau toh ikhtiar ini gagal juga seperti kegagalan saya pada masa lalu, saya pun pasrah.
Bila semua diniatkan ibadah karena Allah Swt., insya Allah akan terasa ringan meskipun harus menerima kegagalan. Berdoa tetap menjadi ibadah yang berpahala meski belum dikabulkan segera. Ikhtiar pun akan tetap bernilai ibadah meskipun belum tentu mencapai hasil yang didamba. Bahkan, kegagalan yang dihadapi dengan kesabaran dan kepasrahan kepada-Nya akan menjadi ibadah bernilai tinggi sebagai nilai plus (bonus) atas doa dan ikhtiar yang sudah dilakukan secara maksimal.
Intinya. Menikah itu ibadah. Bila ikhtiar menuju nikah dilalui sesuai syariah dibarengi dengan doa yang khusyuk, meskipun kegagalan yang akan diterima nantinya, maka itu pun tetap bernilai ibadah. Jadi, gagal atau tidak tetap bernilai ibadah. Itulah indahnya Islam.

Bahkan, seandainya Allah tidak mempertemukan jodohku di dunia pun saya ikhlas. Saya hanya mencoba menjalani kehidupan sesuai takdir-Nya. Saya yakin Allah pasti telah membuat skenario terindah bagi kehidupanku. Bisa jadi awalnya terasa pahit, tapi saya yakin apa pun dan bagaimana pun yang Allah berikan kepada saya merupakan hal terbaik dari Allah Swt.

Sesuai rencana, tanggal 25 Desember 2010, usai menghadiri pernikahan teman sekantor, saya langsung meluncur ke stasiun kereta Bandung menuju Bekasi. Saya janji untuk ikut mengambil raport anaknya Mas Pomo yang duduk di kelas 1 MTs (setingkat SMP). Alhamdulillah, anak perempuannya yang manis ini tidak berkeberatan menerima kehadiranku sebagai ibu tirinya. Dia ingin mengisi liburan semesternya di Jogja bareng dengan adik laki-lakinya yang masih sekolah TK. Mas Pomo terpaksa menitipkan anak laki-lakinya yang berumur 4 tahun di rumah budenya di Jogja karena sejak ibunya meninggal tidak ada yang mengurusnya, sementara dia harus bekerja hingga malam. Begitu sampai di Jogja, tempat yang pertama kami tuju adalah rumah kakaknya. Kami sampai di Jogja pagi, saat anak lelakinya masih tertidur pulas.

Melepas kangen dengan anak, bermain-main, jalan-jalan, sampai akhirnya kami menuju rumah orang tuanya untuk meminta doa restu. Alhamdulillah, meski pada awalnya orang tuanya sedikit kurang setuju dengan pernikahan yang terlalu cepat sementara istrinya belum lama meninggal, tetapi akhirnya mereka merestui. Adat Jawa melarang seseorang menikah dalam tahun yang sama dengan kematian keluarganya, apalagi istri atau pasangan hidup. Namun, Islam tidak melarang hal ini. Alasan inilah yang kami utarakan kepada orang tuanya dan mereka pun bisa menerima.

Belum sehari di Jogja, sore harinya saya dan calon suami kembali melakukan perjalanan ke Banyumas. Sesuai rencana awal, keesokan paginya saya melakukan persiapan untuk melakukan akad nikah. Ibu mengundang seorang ustadz di kampung dan dua orang saksi dari tetangga kami. Aku dinikahkan oleh kakak laki-lakiku karena bapakku sedang sakit. Sebuah pernikahan yang sangat sederhana, hanya dihadiri beberapa keluarga dekat. Mungkin terasa aneh. Tanpa ada proses lamaran seperti budaya Indonesia pada umumnya, kami datang ke rumah dan langsung menikah.

Sore harinya kami berpamitan dengan keluarga di Banyumas untuk kembali ke Bandung. Kali ini kami melakukan perjalanan berdua sudah sebagai suami-istri. Sekitar pukul 24.00 kami sampai di rumah kakakku di Bandung, tempat sehari-hari saya menginap dan tinggal selama di Bandung. Keesokan harinya saya mengantar suami (cie….udah jadi suami sekarang) menuju stasiun Bandung. Dia sudah izin dua hari dari kantornya, hari itu dia harus ngantor lagi walaupun pasti telat sampai di sana. Maklum, perjalanan Bandung-Jakarta sekitar tiga jam. Setelah melalui roadshow perjalanan menuju “nikah” yang cukup melelahkan, tapi pasti tetap hepi, kami harus hidup terpisah kembali antara Bandung-Bekasi karena kesibukan kami masing-masing. Yah, kayak orang pacaran aja meski kami sudah menjadi suami istri.

Karena pernikahan ini baru “secara agama” saja atau orang biasa menyebutnya “nikah siri”, tentu kami belum bisa bebas mengakui status kami kepada banyak orang, termasuk teman-teman kantor kami. Baru pada tanggal 13 Februari 2011 kami melangsungkan pernikahan secara lagal dan tercatat di KUA. Alhamudlillah, akhirnya kami benar-banar menjadi suami istri yang diakui agama dan negara.


Puisi cinta itu telah menabuh gendangnya
Serulingnya pun merdu terdengar
Menambah indah suasana dua hati yang telah berpadu

Saya pun bersyukur, akhirnya belahan jiwaku bisa juga saya temui di kehidupan dunia ini. Doa kami selalu agar bisa menjadi keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Dua anak dari suami dari pernikahan sebelumnya semakin menambah lengkap kebahagiaan kami. Saya berharap bisa menjadi ibu terbaik bagi mereka berdua dan menjadi istri terbaik pula bagi suamiku. Amiiin.

Mungkin, bagi orang lain menikah adalah hal biasa dan pasti bisa dijalani, tetapi bagi saya menikah adalah hal luar biasa. Ibaratnya seperti memasuki ruang VVIP atau kelas Eksekutif. Satu hal yang bagi saya seperti tidak mungkin, bahkan sempat terpikir untuk tidak menjalaninya. Namun, ternyata Allah Swt. punya rencana indah untukku. Inilah yang selalu saya yakini, bahwa Allah Swt. punya skenario hidup terindah untukku. Dia mempertemukan jodohku dengan cara yang tidak terpikirkan olehku dan dengan proses yang begitu cepat meskipun saya harus menunggu moment ini begitu lama, ketika usiaku 30 tahunan.

Cinta, kadang begitu sulit diraih, serasa jauh…..
Bagai mengejar layang-layang lepas.
Namun, ketika datang takkan ada yang mampu menolak…
Kita tidak pernah tahu kapan cinta sejati datang menghampiri diri
Yang harus kita lakukan adalah siap menerima kapan pun hadirnya cinta sejati
Terima kasih untuk cinta sejatiku… (suamiku)
Kau berani mengambil risiko untuk menikahiku
Pada saat pria lain tidak memiliki keberanian mengambil risiko yang sama.

26 komentar:

  1. Yeeeeeee ... akhirnya tahu cerita pertemuan itu. Luar biasa! Luar biasa! Barokallahu lakum ... barokallahu lakum ... ^_^ speechles kecuali ikut senang saja ya, Indah

    BalasHapus
  2. Teringat akan keterkejutan saya walaupun saya tidak tampak terkejut (itu tipuan visual Teh Indah... :D). Ada konspirasi tanggal 25 Desember Teh Indah??? Saya tahu, dirimu kabur setelah pesta pernikahanku, bukan karena kecewa aku memilih lelakiku ... wkwkwkwkwk ...

    Ini adalah sesuatu yang langka yang mungkin bisa jadi inspirasi bagi banyak orang. Saya sejenak tersadar bahwa tidak seorang pun pernah tahu rencana Tuhan kita, Allah azza wa jalla. Kenyataan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar, selalu memberikan ujian (bahkan yang terberat) dan mendatangkan pertolongan pada puncak ujian, dan memberikan yang terbaik kepada orang-orang yang senantiasa memohonkan sesuatu yang terbaik lewat deraian air mata karena kecintaan dan keikhlasannya akan takdir-Nya. Sungguh Allah tidak menciptakan sesuatu apa pun dengan kesia-siaan ... Lihatlah hasilnya ... Dirimu telah mendapatkan yang terbaik, lelaki saleh pilihan-Nya! You deserve it, my beloved bestfriend ... Trio macan pendukungmu!!!

    BalasHapus
  3. Luar biasa, pertemuan yang indah, sesuai dengan namamu ... hehehe ..lebay ya... tapi memang betul bu, kita bisa menelusuri kepribadian seseorang dari tulisan dan buah pikirnya... Sukses selalu ya bu...

    BalasHapus
  4. Bang Aswi: Makasih yah....komennya....
    amiiiin..untuk doanya.

    BalasHapus
  5. Beina: makasih komennya yg memang gondring....alias gondrong tp aq suka.

    betul bgt, tidak ada yg tau rahasia Allah. kita hanya harus terus berkhusnudzan kepada-Nya.

    BalasHapus
  6. Rani: Makasih udah mau baca kisahku sekkaligus menorehkan komentarnya. sukses slalu juga buatmu Bu Rani...

    BalasHapus
  7. Subhanallah........
    Sebuah proses yang unik, langka & indah (se-"indah" nama pemilik blognya). Disaat orang-orang meragukan bisa menikah tanpa pacaran, bukti kongkret-nya kini benar-benar nyata. Ikut berbahagia, Teh.
    Bikin iri (orang-orang yang belum menikah) lho. Hehehe...

    Saat membacanya, serasa ikut menikmati. Kayak lagi baca novel gitu, Teh *lebay mode one*

    Oke deh, semoga bahagia sampai ke Syurga. Salam buat sang Imam Hati juga jundi-jundi kecilnya.
    Salam Kangen,
    Kangen tuk jumpa.

    BalasHapus
  8. Yesi MOci: makasih yah...udah komen. makasih juga untuk doanya.

    Teteh juga kangen nih....kapan yah...bisa ketemu?

    BalasHapus
  9. Kapan-kapan Yesi & keluarga insya Allah silaturahmi ke Bekasi. Ditunggu juga silaturahmi Teteh sekeluarga ke Cianjur. Heu...^_^

    BalasHapus
  10. Anonim3:27 PM

    Barakallahu... kok nggak ngundang2 yaa...

    BalasHapus
  11. Yesi Moci: wah....surprice bgt klo Yesi mo maen ke rumah Teteh...di Bekasi.

    Teteh blm bisa janji kapan bisa maen ke Cianjur lagi. klo ada rencana pasti dikasih tahu.

    BalasHapus
  12. Anomim: Lha...minta diundang kok gak nyebutin namanya? kenalin dulu...

    BalasHapus
  13. Ketika bahasa hati bertemu tidak akan terlepas jauh dari sasarannya....Jodoh...adalah bahasa hati yang memerlukan ruang tersendiri.

    Blog...salah satu sarana menuangkan bahasa hati....ketika hati ketemu hati...pintu jodoh bisa berbuah keberkahan....itulah hikmah nge-blog....Sealamat berbagi hikmah agar hidup terus berkah aamiin..

    BalasHapus
  14. Miqra Indonesia: maksih udah mau baca coretanku.

    hm...bahasa hati...yah....hanya bisa disentuh dg hati pula....

    se7 bgt, kalo blog adalah salah satu wadah menuangkan bahasa hati...

    tnk....tnk....

    BalasHapus
  15. Sapto3:51 PM

    Saya biasanya hanya membaca 'kisah' seperti ini dalam novel atau majalah-majalah Islam... tapi kali ini kisah itu menjadi sebuah true story.., Luar Biasa...Ada kepasrahan akan taqdir...Subhanalloh...jarang wanita punya kepasrahan seperti itu...pertahankan...Jadilah istri yang sholihah dan ibu terbaik bagi Anak-anakmu dan Calon anak-anakmu.....Barokallohu Laka wa Baroka 'alaika wa jama'a bainakuma fi khoir...

    BalasHapus
  16. SAPTO: Amiiin. makasih doanya. sanjungannya bikin melayang......hehehe.....makasih udah mau baca tulisanku n menorehkan komentarmu.

    BalasHapus
  17. farah9:40 PM

    aaah....cantik lah, seribu satu cerita seperti ini. Barokallaahu, Teh ICan..

    BalasHapus
  18. Teh Farah:........I Mis U

    BalasHapus
  19. Anonim11:48 AM

    Subhanalloh,,,, bagus kisahnya, kayak cerita sinetron, hehehe....
    Selamat yo Mbak Indah dan mas Pomo atas pernikahannya, semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. amin...

    BalasHapus
  20. Anonim: Makasih komentarnya walopun tidak mencantumkan nama asli.

    Kehidupan ini memang sebuah film/cerita, setiap kita adalah pemeran utamanya dan di akhirat nanti penentuan siapa yang mendpat piala citranya.

    semoga kita menjadi pemeran utama terbaik di hadapan-Nya. Amiiin.

    BalasHapus
  21. Anonim3:18 PM

    yang paling ditunggu sama si penulis yang cantik itu, pastilah koment ini nih. begitu tulisan aku bagiin ke temen-temen kantor, waduuuhhhh sontak bergolak dunia perkulian (maklum kuli pabrik.

    komentar terparah, "jangan-jangan ni cewek lagi katarak stadium parah sampe milih eloe. apa-nya sih istimewanya loe, mo?". sadis bro. sabar...sabar....

    komentar yang lain, nih resumenya. murni suara hati dari dunia per-kuli-an alias temen-temen kantor.

    *) Subhanalloh, ceritanya serasa baca novel Kang Abik. Semoga Alloh selalu memberi berkah kpd mas Pomo sekeluarga.

    *)Selamat pak Tri semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah.............. Amiin.
    Saya salut, kagum dengan pak Tri dan mbak berdua dalam perjalanan menuju pernikahannya. Mudah2an bisa menjadi contoh bagi yang lain. Salam kenal buat Mbak nya pak.
    btw.............di Bandung dimana pak Mbaknya? Apa sekarang masih di Bandung? Kapan2 kalau ke Bandung mampir donk ke rumah saya,meskipun ada di Bandung coret...............
    Komplek Cipageran Asri Blok E 1 No 4 Kelurahan Cipageran Cimahi Utara Cimahi Jawa Barat................ bisa tlp2 dulu ke 085 659 353 969 (walaupun ada no hp-nya jangan coba-coba hubungi, ya!)

    *)mohon maaf sebelumnya...karena belum minta ijin...namun sudah sy forward ke teman teman yg belum menikah.
    gpp khan ?

    jujur, saya hampir meneteskan air mata baca cerita mas. ternyata masih ada true story spt itu di kota megapolitan

    kalau yang pertama kali seorang sahabat memberikan support seperti ini melalui reply mail:
    *) Good posting...mas ! That is very amazing story ! Terima kasih

    ada juga beberapa temen lagi komentar seperti ini:
    *) nice story... semoga keberkahan menyertai pernikahan mas tri dan mbak indah selama nya :)
    *) Saya merasa terharu dan terbelenggu pada saat membaca sedikit tulisan ini, dimasa sekarang ini sangat sulit dicari orang - orang yang kita cintai mau menerima kita apa adanya. Mungkin ini yang diberikan Allah kepada sahabatku, semoga menjadi keluarga yang sakinah.....
    *) Jempol abes buat om Tri

    ada yang karena terbentur kesibukan dan tempatnya juga lumayan jauh kirim koment spt ini.
    *) Bro, kok ngga ngundang kalo merit, kaget dan terharu juga baca cerita di bawah. Sukses selalu brother, salam untuk istri dan anak2.

    atau, ada juga yang "masih doyan dengan kesendirian" kasih komentar seperti ini. teriring doaku semoga lekas didatangkan jodoh terbaik untuk menyempurnakan ibadah.
    *) Heemmmmm Sip,,sip,,sip,.... jadi ngiri nech,............hehe

    trus, masih ada lagi.... (wah, mesti kerja lagi nih. besok besok lagi ah posting komentnya. ini aja udah kepanjangan)

    BalasHapus
  22. Anonim: (yg ini jelmaan suamiku)

    gondrong amat.....semua komen dirangkum....

    makasih...makasih....sip...sip...

    BalasHapus
  23. Ya Allah....berikan aku cerita terindah, seindah cerita sahabatku, Indah. atau mungkin lebih indah....amin...

    BalasHapus
  24. Serpih serpih punyanya Fitri: Insya Allah akan tiba masanya kisah indah itu menghampiri dirimu. Namun, satu hal yg harus dipersiapkan adalah siap pula menghadapi ujian. Indahnya kisahku ini juga hadir setelah melalui ujian yang begitu berat....tapi saya selalu yakin bahwa Allah sudah menyiapkan skenario hidup trindah. Alhamdulillah kisah indah itu pun akhirnya datang juga. Teruslah berusaha sobat....

    BalasHapus
  25. Anonim12:13 AM

    Sambil menyelesaikan pekerjaan sekolah, sy buka fb,eee ketemu foot teh indah dan suami... 25 des 2010 terakhir kita bertemu yaa,mba? wkt itu mba lg duduk di meja pagar bagus dan blg "Bu tia doakan sy cpt menyusul teh bei nikah yaa?" "aamiin33x",jawab sy:-)... sy wkt itu dah beda rasa: kaya2nya t indah mau sgr nikah,nih... eh ternyata beneeer....alhamdulillah...barokalloh...smg mnjd kluarga samarada....bgm kabarmu,teh? sy msh mnyimpan tlsn t indah saat berpisah dr tmpt kita kerja dulu,lho....msh menyimpan persahabatn kita saat sekantor dl... Jazakillah utk smua bantuanmu pdku ya,teh....Doaku sellau menyertaimu...Bgm sdh punya anak lg?i miss uuuuu....From:Tia, bandung

    BalasHapus
  26. Anonim...jelmaan Bu Tia, I miss u to....wah....saya malah lupa klo minta doa itu ke Bu Tia. tapi makasih doa2nya bu....akhirnya terkabul. amiiin. anak sudah langsung 2 (dari suami) n blm bambah lagi. doakan lagi ya bu....moga segera punya momongan lagi. amiin.

    BalasHapus

Untaian kata darimu selalu kunantikan.