Semua manusia pasti ingin menjalani kehidupan di dunia ini dengan lurus
dan lancar seperti jalan tol; kecil dimanja, muda hura-hura dan mati masuk
syurga. Namun, ternyata hidup tidak semulus itu. Takbisa kupungkiri, kadang aku
merasakan pahitnya kehidupan dengan ujian yang menimpaku ini. Dengan kaca mata kelewat
buram, aku melihat masa depanku begitu gelap. …….kadang aku merasa takkuasa
lagi menapaki hari depanku, seolah kehidupanku akan berakhir sampai di sini. Hidup
segan, mati pun takmau.
Kadang sempat pula terpikir tentang kematian. Bagaimana kalau aku mati?
Apa yang akan terjadi setelah kematianku? Di kuburan pasti gelap dan sepi tanpa
teman. Sedang di dunia, meski harus menghadapi kenyataan pahit, tetapi setidaknya
aku masih bisa ngobrol dan curhat sama teman. Yah, kematian lebih sederhana
memang, tinggal bagaimana pertanggungjawaban si mati dengan Sang Khalik, tetapi
berani hidup berarti harus menghadapi segala rintangan dan problematikanya.
Siap menghadapi cacian dan makian, siap merasakan kepahitan, nestapa dan
tangisan. Akan tetapi, akhirnya aku memilih untuk berani hidup, meski apa pun
yang terjadi.
Setelah sekian tahun bergelut dengan masalahku ini, ternyata aku tetap
baik-baik saja. Mungkin inilah jalan yang Allah tetapkan buatku. Skenario Allah
tidak mungkin salah, Allah tidak mungkin dzalim kepada hamba-hamba-Nya. Aku
mencoba flasback ke masa kecilku. Sedari kecil aku biasa dimanja oleh
orang tua lalu merasa kalah dalam hidup ketika problem semakin bertambah
seiring bertambahnya bilangan umurku. Menangis sudah sering aku lakukan,
semantara teman curhat yang tepat belum aku temukan. Aku hanya mampu curhat
lewat buku harian. Aku bersyukur masih punya Tuhan sehingga lewat tahajudlah aku tumpahkan segala kepenatan
dan kepedihan hatiku.
Seiring berjalannya sang waktu, aku terus menggali hikmah dari
perjalanan hidupku hingga sampai pada suatu kesadaran bahwa ternyata
problematika kehidupan adalah bagian dari cara Allah men-tarbiyah
diriku, mendidik diri ini menjadi pribadi yang tangguh, pantang mengeluh. Tidak
aku pungkiri, dulu memang pernah sedikit menyesali mengapa aku dibesarkan oleh
orang tua dengan kemanjaan sementara aku sadar kalau ternyata kemanjaan tidak
pernah membantuku menyelesaikan masalah. Kini aku tidak lagi menyalahkan orang
tua. Semua manusia tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tuanya dan
anak pun tidak bisa memesan akan dididik dengan cara seperti apa. Orang tua
memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan kasih sayang dan mendidik
anak-anaknya. Begitupun Allah, Dia akan men-tarbiyah hamba-Nya dengan
cara-Nya. Ujian hidup bagiku adalah bagian dari cara Allah men-tarbiyah
diriku sekaligus mengukur kualitas dan ketakwaanku kepada Allah Swt.
Nikmat mana lagi yang akan aku dustakan? Mengingat hal ini, kadang air
mataku mengalir. Sedihku bukan lagi karena kemelut hidup, tetapi karena
menghitung segala nikmat Allah Swt. yang belum mampu aku syukuri.Mungkin itulah sifat dasar manusia, ketika diberi nikmat tidak pernah berfikir, "Mengapa aku mendapatkan kenikmatan ini? Pantaskan aku mendapatkan kenikmatan ini?" Namun, ketika mendapatkan kepedihan dan ujian hidup, langsung bertanya, "Mengapa aku harus menerima semua ini? Apa dosaku sehingga aku mendapatkan semua kepedihan dan ujian hidup ini?"
Dalam keheningan aku berdoa, “Ya Allah, begitu banyak nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada
hamba yang belum mampu hamba syukuri. Bahkan hamba selama ini terlalu sibuk
menyesali diri, seolah keadilan-Mu tidak berpihak kepada diri ini. Na’udzubillahi
min dzalik. Padahal dibandingkan dengan kenikmatan dari-Mu, ujian yang
Engkau berikan jauh lebih sedikit. Engkau baru menguji hamba dengan 1-10 ujian,
padahal nikmat-Mu telah bermilyar-milyar Engkau limpahkan. Ampuni hamba ya
Allah! Hamba tidak mau menjadi kufur terhadap nikmat-Mu.” Amin. @@@
Terkadang (bahkan sering) kita mengeluh untuk hal-hal yang seharusnya kita syukuri. Coba lihat gambar-gambar di bawah ini …
Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
(QS Al Baqarah, 2: 152)
Dan diberinya kamu rezeki yang baik-baik agar kamu bersyukur. (QS Al Anfal, 8 : 26)
Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah
disyukuri. (QS Al Insan, 76 : 22)
Ini adalah sebagian anugerah Tuhan-Ku, untuk mengujiku apakah aku
bersyukur atau kufur (QS An Naml, 27 : 40)
Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut-
nyebutnya (dengan bersyukur). (QS Adh Dhuha, 93: 11)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan,
dan hati, supaya kamu bersyukur. (QS An Nahl, 16 : 78)
Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat) Allah, padahal tadinya
kamu tiada, lalu kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan
kembali. (QS A1Baqarah, 2 : 28)
Semoga gambar-gambar tersebut bisa
mengingatkan pada kita agar selalu bersyukur atas nikmat dan rahmat
yang telah diberikan oleh Allah, meskipun nikmat itu sangat kecil.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
*dari berbagai sumber
saking melekatnya lidah didalam rongga mulut, manusia tak merasa jikalau memilikinya. baru, setelah kena sariawan sedikit saja, "duuuh, makan apa-apa rasa gak enak, ya!"
BalasHapushak mutlak kuasa tuhan jika untuk menunjukkan kasih sayangnya harus melalui jalan 'dicabut kenikmatan'.
kenikmatan itu sering kali baru berasa jikalau sudah tidak ada. jangan terlambat menyadari. syukurilah.
cermin itu retak
BalasHapusbingkai itu belah
ku tak lagi mampu memilah
wajahku tak nampak
berdiri pun ku tak tegak
sayapku lepas sebelah
jiwaku tinggal setengah
kutetap berjalan
walau terasa goyah
dua malaikat mungil menanti usapan
dua kepala kecil merindu belaian
dua jiwa menjerit uluran tangan
tanganku kecil
lenganku pendek
tak kuasa kurengkuh segala
hanya satu hal masih ku percaya
ialah.... doa.....
aku tak tahu apa kulakukan
BalasHapusaku tak paham apa kujalankan
yang ku coba tanamkan....
aku ada karena hidup dan kehidupan
hhhh..."mengerikan" melihat gambar2nya, jadi ingat Hasya, putri tercinta. Bersyukur dia sehat, lucu, cukup sandang pangan,sesuatu yg kadang luput sy syukuri. Setelah lihat poto diatas, betapa saya sangat bersyukur dgn apa yg sy peroleh. Taaaahhh...saya dah koment ya!
BalasHapusabinahasya. makasih komennya....
BalasHapus"Taaaaah sy dah koment", jiga dendam kitu ih...biasa aja kali....
sy dah komen juga tuh di blogmu
jika bersyukur nikmat bertambah, segala apa yang ada menjadi indah. "sungguh menakjubkan seorang mukmin. jika ia mendapat karunia ia bersyukur, jika ia mendapat musibah ia bersabar, jika ia tergelincir dosa segera istighfar. semua itu, kondisi apapun itu, berakibat turunnya kebaikan. kebaikan dan kebaikan. terus menerus tak putus putus hingga menghadap penciptanya."
BalasHapusyang sanggup untuk senantiasa bersyukur hanya orang mukmin.
so, besok sal ganti nama aja jadi 'mukmin' lengkapnya 'mukmin salwangga'. bisa gak ya???
Salwangga, silahkan aja ganti nama. kan ntar sy dapet bubur merah-putihnya. hehehe....
BalasHapussubhanalloh.... tetep produktif ya bund....!!!
BalasHapus