Kado untuk Para Pecinta Sejati, Seperti Cinta Ibu kepada Anaknya, Bagai Mentari yang Menyinari Dunia ini.
Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!
Senin, Maret 22, 2010
Kesetiaan yang Dibalas Penghianatan
“Teh In, saya lagi futur banget, nih. Saya butuh konsultasi. Punya kenalan tempat konsultasi rumah tangga gak?” tulis sahabatku Nisa lewat sms.
Sempat agak bingung juga untuk ngasih referensinya, soalnya posisinya jauh di Jawa Timur sementara saya tinggal di Bandung. Kalau toh saya punya kenalan psikolog atau pengurus biro masalah keluarga, pasti posisinya di Bandung juga. Namun, kalau tidak segera dibantu, khawatir dia akan semakin down dan stres. Beberapa hari sebelumnya dia sempat curhat kepada saya via telepon, tetapi mungkin dia butuh masukan lain dari ahlinya. Maklum, meski saya siap mendengarkan curhatnya kapan pun, tetapi saya bukanlah ahli di bidang ini, saya bukan psikolog, juga belum berpengalaman menikah.
Tiba-tiba saya teringat dengan seorang dokter kenalanku. Dia pengisi rubrik kesehatan di sebuah media tempatku dulu bekerja. Meski beliau pendidikannya dari kedokteran, baik S1, S2, maupun S3-nya, tetapi tidak membuka praktek dokter. Beliau lebih memilih untuk menjadi pendidik, tetapi di bidang psikologi sambil merintis pendirian fakultas kedokteran di kampus tempatnya mengajar. Oleh karena itu, beliau sering mendapat curhatan masalah dari banyak orang, termasuk dari rekan-rekan kerja di kantorku dulu. Walaupun Nisa hanya bisa curhat kepada beliau via telepon, tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dulu, waktu Nisa menghadapi masalah dengan suaminya pada awal pernikahan mereka, saya sempat berkonsultasi menanyakan masalah mereka kepada beliau, tetapi tanpa sepengetahuan Nisa dan suaminya. Insya Allah bukan untuk menggosip apalagi ghibah. Saya niatkan untuk mencari jalan keluar dari masalah mereka. Dr. Nur sempat menduga kalau suami Nisa ini mengidap gejala psikosis. Psikosis menurut www.wikipedia.com merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut.
Jay, suami Nisa, sudah ketahuan selingkuh sejak mereka menikah sekitar tiga bulanan. Bukan hanya itu, Jay juga pernah melakukan percobaan tindak kriminal sehingga harus berurusan dengan kepolisian. Atas usaha Nisa, Jay akhirnya bisa keluar dari sel tahanan polisi kurang dari seminggu. Anehnya, Jay tampak tenang saja keluar dari sel seperti tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa. Mungkin inilah salah satu ciri orang psikosis.
Bukannya berterima kasih dengan istri yang telah mengeluarkannya dari sel tahanan, sebulan kemudian dia malah ketahuan berselingkuh dengan wanita lain. Nisa melihat dengan kepala sendiri bagaimana Jay berduaan di kamar kontrakannya bersama perempuan itu. Padahal, Nisa waktu itu sedang hamil tujuh bulan anak pertama mereka. Khawatir terjadi apa-apa dengan kehamilannya, Nisa yang waktu itu masih tinggal di Bandung terpaksa saya antarkan ke rumah orang tuanya di Jawa Timur.
Ketika pamitan untuk kembali ke Bandung, Nisa sempat menangis.
“Kalau Teh Indah pergi, nanti saya curhat sama siapa, Teh?” Nisa merengek seolah ingin menahan kepergianku.
“Ya, mau bagaimana lagi. Saya harus kembali ke Bandung. Saya kan kerja.”
Saya peluk sahabatku ini untuk sedikit mengurangi bebannya.
“Kan ada orang tua Teh Nisa yang pasti akan siap menolong dan melindungi Teteh. Saya lebih tenang kalau Teh Nisa di rumah daripada di Bandung tanpa ada yang bisa melindungi.” Saya terus berusaha memberi kekuatan untuk Nisa.
“Tapi, curhat sama orang tua nggak bisa sebebas curhat sama Teteh,” mata Nisa mulai berkaca-kaca.
Saya paham, betapa sulit posisi Nisa saat itu. Di satu sisi dia butuh teman yang diharapkan bisa setiap saat mendengarkan curhatnya dan mungkin dia temukan hal itu pada diri saya, tetapi saya tidak bisa selamanya berada di dekatnya. Memang, ada orang tua yang akan selalu mendampingi dan berada di dekatnya, tetapi dia tidak tega untuk curhat kepada mereka karena khawatir akan membuat mereka sedih.
Dengan segala persoalan yang ditorehkan Jay kepada Nisa, saya sempat sedikit pesimis dengan kelangsungan pernikahan mereka. Akan tetapi, bukan Nisa yang kuat dan tegar kalau tidak bisa mempertahankan perkawinan yang hampir seperti neraka ini.
“Siapa tahu Jay bisa berubah.” Itu harapannya.
Cinta memang bisa menyatukan dua insan yang mungkin memiliki banyak perbedaan sekalipun. Bahkan, cinta sering membuat seseorang bertahan hidup bersama meski dia terus disakiti dan dihianati oleh pasangannya. Namun, yang ada di hati Nisa dari awal pernikahan bukanlah cinta. Ini yang membuatnya merasa begitu berat menjalani semuanya.
DIKEJAR DEADLINE NIKAH. Itulah tepatnya penggambaran awal pernikahan Nisa-Jay. Sebagai anak pertama, Nisa sudah didahului nikah oleh adiknya yang nomor tiga setahun sebelumnya. Beberapa bulan kemudian adik keduanya akan menyusul menuju gerbang pernikahan. Namun, adik keduanya mengaku tidak ingin mendahului Nisa meski dia sudah bertunangan. Khawatir akan menambah dosa bila membiarkan adiknya menunda pernikahan, Nisa mandah siap menikah dengan siapa pun yang segera datang melamarnya sebelum adiknya menikah. Sampai akhirnya Jay datang melamar setelah dikenalkan oleh teman kerja Nisa. Meski teman kerja Nisa belum terlalu mengenal kepribadian Jay yang sebenarnya, tetapi melihat kesungguhan Jay untuk menggenapkan dien dalam pernikahan membuatnya yakin untuk mengenalkan Jay kepada Nisa. Akhirnya, terjadilah pernikahan itu sebulan kemudian.
“Teh Nisa kan sudah mengambil keputusan untuk menikahinya, berusahalah untuk mencintainya.” Pesanku kepada Nisa ketika dia merasa sedikit ragu dengan keputusannya.
Saya memberikan secarik kertas kepada Nisa yang berisi coretan yang saya ambil dari sebuah novel. “Pada umumnya orang ingin menikahi orang yang dia cintai. Aku, dengan kerendahan hati ingin mencintai orang yang aku nikahi.”
Namun, beberapa bulan kemudian Nisa kembali curhat. “Teh In, dulu saya berdoa agar Allah memberikan rasa cinta di hatiku untuk suamiku, tetapi mengapa ketika perasaan cinta ini sudah mulai bersemi dia malah menghianatiku seperti ini?” keluh Nisa setelah mendapati suaminya selingkuh.
Meski berat, Nisa ternyata memilih untuk tetap bertahan dengan pernikahannya, apalagi kedua orang tuanya yang sangat menyakralkan pernikahan melarang mereka bercerai meski tahu betapa bejat perilaku menantunya ini. Mereka hanya berharap Allah akan memberikan keajaiban untuk menyadarkan Jay.
Namun, bertahun-tahun mencoba bertahan, kebiasaan Jay yang suka selingkuh ternyata tidak pernah berubah. Bahkan, belum berhenti hingga Nisa hamil anak kedua dan akan melahirkan.
“Teh In, saya udah mo lairan, udah pembukaan 3, tapi terpaksa hrs diinfus krn kondisi sy lemah. Sy ingt nasib yg menimpa sy, Teh. Bbrpa hari terakhir ini Mas Jay ketahuan selingkuh dg bbrapa perempuan di FB. Boleh dicek di FB nama2nya. Doaian saya, Teh. Saya pesimis banget.”
Begitu bunyi sms terakhir Nisa yang mampir ke HP saya sebelum dia melahirkan. Alhamdulillah, sekarang bayinya sudah lahir dengan selamat, begitu pun Nisa. Saya bahagia mendengar kabar ini, tetapi sekaligus sedih membayangkan bagaimana Nisa mencoba berjuang antara hidup dan mati dalam melahirkan anaknya tanpa support kasih sayang dari suminya. Memang, ibunya selalu berada di dekatnya untuk men-support-nya. Mungkin, suaminya pun ada di sana. Namun, akan terasa berbeda bila kehadiran suaminya hanya sebatas fisik, sementara dia tahu di hati suaminya ada beberapa wanita lain.
Sebagai manusia biasa, kadang saya bertanya-tanya sendiri. “Adilkah ini untuk Nisa? Dalam perjuanganmu untuk berusaha keras mencintai suami, tetapi malah dibalas dengan penghianatan darinya.”
Entahlah, apa yang terjadi pada diri Jay. Dia sudah memiliki istri yang baik dan setia, tetapi dia mencarinya di tempat lain. Kurang baik apa Nisa sebagai istri kepada Jay? Meski dia tahu Jay sering berselingkuh, dia tetap menjadi istri yang taat demi menjaga ketaatannya kepada Allah. Meski dia tidak pernah dinafkahi secara ekonomi karena Jay tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga Nisa yang lebih sering menjadi penopang perekonomiannya, tetapi Nisa tidak pernah protes karena baginya rezeki sudah diatur oleh Allah.
Dari sekian banyak kebaikan Nisa, tidakkah Jay melihat kilatan sinar di dalam diri istrinya? Atau sinar itu tertutup oleh kekotoran hatinya? Mungkin, baginya wanita-wanita di luar sana jauh lebih bersinar, meski sebenarnya kilatan sinar itu palsu. Mungkin, kebersihan dan sinaran hati hanya bisa dilihat oleh orang yang memiliki kebersihan hati pula sehingga Jay tidak mampu menembus sinaran indah di dalam diri istrinya. Wallahu’alam.@
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sedih teh..dulu pas d mq t'ndah pernah crta ttg akhwat ini ke aq...hehe,msh inget.
BalasHapusSubhanallah.....yang bernama teh Nisa itu hebat banget kesetiaannya ya.....!!!!saya sampai gak bisa membayangkan dan berkomentar lagi....selain gregetan ama Jay.......
BalasHapusBunda Lulik, iya Bun. kesetiaannya lebih didasari karena ingin menjadi hamba Allah yg diridhai-Nya. kalo bkn krn itu, mungkin sudah dari dulu2 dia ceraikan suaminya, ato membalasnya dg perselingkuhan juga.
BalasHapusKita doakan saja semoga Nisa bisa segera keluar dari belenggu yg menyakitkan ini. semoga Allah memberi jalan keluar terbaik dari masalahnya. Amiin.
Istri yang demikian sabar insya Allah di ridhai Allah dan mudah2an masuk ke dalam surgaNya.
BalasHapusamiiin. makasih doanya. makasih juga komennya.
BalasHapusfotonya mana, Bu? kok gak muncul gambarmu?
ntar gantian aku tengok blogmu.
Hiks....
BalasHapusSemoga kebaikan untuk semuanya....
amiin....
BalasHapusBang Aswi, tank yah.....dah berkunjung ke blog-ku.
salam kenal
BalasHapushttp://agustjakra.wordpress.com/2010/04/24/jangan-samarkan-kumismu/
Agus Tjakra, salam kenal balik.
BalasHapusmakasih dah berkunjung ke blog-ku. aku kunjungi balik blogmu.
terus terang...sebagai lelaki normal saya juga sering mendapatkan godaan yang bertautan dengan yg namanya kesetiaaan. Tapi sebagai seorang suami dan ayah yang menyaksikan sendiri bagaimana anak saya keluar dari rahim istri saya, saya selalu diingatkan kalo dulu istri saya sempat meregang nyawa...
BalasHapushttp://ayahkuhebat.wordpress.com
subhanallah.
BalasHapussemoga perjuangan ayahnya arcello untuk terus mempertahankan kesetiaan akan mendapat kebaikan berlipat, bukan hanya pahala di sisi Allah Swt. juga kebahagiaan berlimpah di dunia.
amiin.
Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam. Jika kebaikan dibalas kebaikan itu adalah perkara biasa. Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah kezaliman. Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itu adalah kemuliaan.
BalasHapusErwin Jakasa; bener bgt. makasih dah komen di blogku.
BalasHapus