Selamat Datang Bagi Para Pecinta, yang Bersedia Menumbuh-Suburkan Cinta Demi Kedamaian di Dunia Ini!

Kamis, Oktober 22, 2009

Cinta Sepasang Merpati


Ada merpati betina yang menjadi idola banyak pejantan merpati. Bulunya yang putih bersih dan lincah mengembang indah saat terbang, menjadi pesona yang begitu menggoda di mata para pejantan. Setiap ia berjalan, terbang dan hinggap di suatu tempat, selalu menjadi pusat perhatian para pejantan merpati. Tidak sedikit para pejantan merpati yang secara agrasif mendekati dan menggodanya, tapi Merpati Betina ini tidak bergeming, apalagi untuk menjadikan mereka sebagai pendamping hidupnya.

Suatu saat ia sedang berada di suatu tempat bersama ayahnya. Seperti biasa, di sana pun ia menjadi pusat perhatian banyak pejantan merpati. Tapi, matanya yang indah dan menjadi daya tarik tersendiri ini hanya tertuju pada sesosok Pejantan Merpati yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan. Tidak seperti pejantan lain yang langsung antusias memerhatikan dirinya begitu ia lewat di hadapan mereka, pejantan yang satu ini nampak hanya duduk diam dan terpekur di sudut ruangan tanpa sedikit pun menoleh ke arah Merpati Betina ini.

“Mengapa pejantan yang satu ini tidak seperti pejantan lain yang langsung terpesona begitu melihatku?” batin Merpati Betina.

Sikap dingin Pejantan Merpati ini membuatnya terusik dan terus memikirkannya.

Merpati Betina ini pun berkata kepada ayahnya, “Ayah, nikahkan aku dengan Pejantan Merpati yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan sana! Aku hanya ingin menikah dengannya.” Merpati Betina menunjuk ke arah Pejantan Merpati di sudut ruangan.

Singkat kata, menikahlah Merpati Betina ini dengan Pejantan Merpati pujaannya. Hari pertama menikah, Pejantan Merpati yang sudah sah menjadi suaminya ini nampak kaku dalam bersikap kepadanya. Sifatnya yang pendiam terkesan semakin dingin.

“Mungkin karena pengantin baru, makanya suamiku masih malu-malu,” pikir Merpati Betina.

Ia mencoba bersabar menunggu luapan cinta dari suaminya. Berhari-hari, berminggu-minggu menunggu perubahan suaminya, tapi perubahan itu tidak pernah kunjung datang menghampiri hari-harinya. Lelah menanti, membuat keraguan muncul di hati Merpati Betina.

“Mungkinkah sikap dinginnya ini karena dia tidak mencintaiku?” batin Merpati Betina kecewa.

Lalu, muncul niat di hati Merpati Betina untuk menguji sejauh mana ketulusan cinta suaminya ini, apakah di hatinya ada cinta untuknya atau tidak. Ia pun pergi meninggalkan rumah. Ia terbang sejauh mungkin. Angin yang bertiup sangat kencang membawanya melewati tujuh laut dan tujuh samudra hingga ia terdampar di suatu pulau. Dengan tubuh yang lelah, berada di tempat yang sangat jauh membuatnya rindu kepada suaminya.

“Apakah suamiku akan mencari dan menjemputku pulang,” batin Merpati Betina penuh harap.

Sehari, dua hari, tiga hari, ia terus berharap kehadiran suaminya. Akan tetapi, suaminya tidak kunjung datang menjemputnya. Ia pun sempat berfikir, “Mungkin suamiku memang tidak pernah mencintaiku.”

Meski kecewa, tapi ia masih terus menunggu kehadiran suaminya sambil beristirahat untuk memulihkan tenaganya.

Di hari kelima, tiba-tiba angin kencang melanda pulau itu. Angin yang begitu kencang ini ternyata membawa terbang sesosok merpati lain dan mendamparkannya di pulau itu. Merpati itu nampak begitu kelelahan, bulu-bulunya banyak yang rontok karena tiupan angin. Merpati Betina itu pun memerhatikan dengan seksama siapa sosok merpati yang baru saja terdampar di pulau itu. Setelah beberapa saat melihat dengan teliti, ternyata wajah merpati itu mirip dengan suaminya. Tapi, ia sedikit ragu karena penampilannya sangat berantakan sehingga wajahnya nyaris sulit dikenali.

Meski keraguan itu mendominasi hatinya, tapi ia mencoba untuk memanggil sosok merpati itu dengan nama suaminya. Ternyata sosok itu menoleh ke arahnya. Setengah tidak percaya, mata Merpati Betina memancarkan sinar bahagia.

“Kamu benar-benar suamiku?” tanya Merpati Betina masih ragu.

“Iya, aku suamimu,” kata Pejantan Merpati yang langsung mengenali sosok istrinya.

Hati Pejantan Merpati pun dipenuhi kebahagiaan yang membuncah, tapi sikapnya tetap lempeng, seolah tidak menunjukkan rona bahagia.

“Kau datang untuk menjemputku, suamiku?” tanya Merpati Betina seolah takpercaya.
“Iya, sayang. Aku datang untuk menjemputmu karena aku mencintaimu,” jawab suaminya.

Dia menyebutku sayang…. Dia bilang mencintaiku….apa aku tidak salah dengar? Apakah ini nyata, bukan mimpi? Batin Merpati Betina begitu bahagia.

“Tapi, selama ini kau tidak pernah menunjukkan rasa cintamu kepadaku sampai membuatku berfikir kalau kau memang tidak pernah mencintaiku. Itulah yang membuatku sengaja pergi meninggalkanmu, sekadar untuk menguji seberapa besar cintamu kepadaku. Akhirnya kau datang juga menjemputku,” kata Merpati Betina mengungkapkan segala kegundahan hatinya selama ini.

“Kalau kau tanya seberapa besar cintaku kepadamu. Aku hanya bisa bilang kalau cintaku kepadamu hanya sekotak kecil di dalam hatiku.”

Deg. Hati Merpati Betina berdegup kencang. “Hanya sekecil itukah cintanya kepadaku setelah aku berikan cinta yang begitu besar untuknya, setelah aku mengosongkan hatiku sekian lama hanya untuk cintanya meski banyak pejantan lain yang mendambakan cintaku,” batin Merpati Betina sedih.

“Tenang istriku,” ungkap Pejantan Merpati melihat kesedihan di wajah istrinya.

“Kotak besar yang lain aku sediakan untuk Sang Khalik yang menciptakan diriku. Tapi, di dalam sekotak kecil itulah aku tampung segala perasaanku. Saat aku sedih, aku datang ke kotak kecil itu. Saat aku bahagia pun aku datang ke kotak kecil itu untuk berbagi kebahagiaan. Kau tahu wahai istriku, seberapa luas kotak kecil itu? Kotak kecil itu adalah seluas tujuh samudra yang baru saja aku seberangi. Itulah gambaran cintaku kepadamu, sayangku. Itulah sebabnya mengapa aku rela melewati tujuh laut dan tujuh samudra hanya untuk menjemputmu. Berhari-hari aku mencarimu hanya karena aku tidak ingin kehilangan dirimu.” kata Pejantan Merpati penuh perasaan.

Merpati Betina pun merasa terharu, takterasa bulir air mata bahagia mulai menggenang di matanya yang indah. Ia pun menghambur ke dalam pelukan suaminya.

“Suamiku, akulah seorang istri yang paling berbahagia karena memiliki suami yang begitu mencintai. Dalam diam dan sikap dinginmu selama ini, ternyata kau menyimpan rasa cinta yang begitu dalam.”

Mereka pun larut dalam haru dan cinta yang dalam. (TAMAT)

(Seperti diceritakan dr. Tauhid Nur Azhar dalam sebuah acara buka bersama dengan kru Tabloid MQ di MQ CafĂ©, tahun 2006)….dr. Tauhid, terima kasih untuk inspirasinya.


Meski cinta hadir di hati kita begitu dalam, ternyata tetap perlu diungkapkan. Bukan lewat kata-kata manis seperti seorang pembual yang menjual dagangannya. Ungkapan cinta bisa dengan kata-kata sederhana, mungkin hanya kata “I Love U”, tapi terungkap dari ketulusan hati yang paling dalam. Berani mencintai, harus berani mengungkapkan.

Cinta memang tidak harus memiliki, tapi kau takkan mungkin bisa memiliki cintamu kalau kau takpernah mengungkapkan perasaan cinta kepada kekasih hatimu.

Mungkin ada yang bilang kalau cinta tidak harus diungkapkan dengan kata-kata, bisa lewat sikap dan perhatian kepada kekasih hati kita. Tapi, realitanya cinta tetap membutuhkan legalitas. Maka, “kata cinta” adalah gerbang menuju legalitas cinta.


NB; Tulisan ini saya dedikasikan untuk all kru MQ Media, Bandung dan orang-orang yang mengenalku. Kembangkanlah terus cinta dan kasih sayang di antara kita. Semoga tali silaturahmi kita tidak akan putus dan terus terulur hingga ke surga kelak. Amin.

2 komentar:

  1. cinta yang sesungguhnya, hanya bisa diteladani melalui perilaku abulqasim yang telah sempurna meletakkan cinta sebagaimana mestinya.

    BalasHapus
  2. Mengharukan,diam.itu emas. Ternyata dibalik kebisuan diawal cintanya bukan tak mencintai namun setelah padamgannya pergi barulah sadar bahwa hatinya dingguh mencintai pasamgannya

    BalasHapus

Untaian kata darimu selalu kunantikan.