|
Nuansa indah dan asri kota Lembang |
Kota
Bandung dengan segala keasrian, kesejukan, dan keindahan alamnya ternyata
menyimpan bencana yang sewaktu-waktu bisa mengancam jiwa manusia. Bandung
ternyata berdiri di atas tanah dengan banyak lapisan, terutama daerah Lembang.
Menurut penelitian LIPI, di Lembang terdapat tujuh lapis tanah yang berarti
pernah terjadi tujuh kali pergerakan patahan tanah, orang biasa menyebutnya
“Patahan Lembang”. LIPI memperkirakan periode pergerakan tanah ini sekira 400 ─
700 tahun sekali. Sementara gempa terakhir yang lumayan besar pernah terjadi sekira
500 tahun lalu.
Eko
Yulianto, Peneliti Paleoseismologi dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI,
seperti dilansir Kompas.Com (06/10/2010) menuturkan bahwa dengan panjang
Patahan Lembang 22 km akan berpotensi menimbulkan gempa mencapai 6,1 SR.
Dampaknya bisa menyamai kejadian gempa Yogyakarta, Mei 2006 lalu yang
menewaskan ribuan orang. Apalagi, menurutnya, kondisi tanah di Bandung tidak
jauh beda dengan Yogyakarta, merupakan tanah endapan muda bekas danau purba.
Karena itu, cukup dengan gerakan gempa kecil bisa berdampak luar biasa. Brian Atwater,
Peneliti Paleotsunami dari United States Geological Survey (USGS) menyatakan
bahwa ancaman bencana Patahan Lembang termasuk kategori dunia.
Pernyataan
ini tentu bukan dimaksudkan untuk membuat resah warga Bandung. “Kami ingin
mengingatkan warga Bandung bisa bersiap-siap dan waspada. Bagaimanapun,
informasi adalah bentuk peringatan dini yang paling dini,” demikian ucap Eko
Yulianto.
***
|
Menatap Kota Bandung dari kejernihan hawa Lembang |
|
Pemberangkatan hiking dari kantor PT Sygma Examedia Arkanleema Jln. Babakan Sari I No. 71 Bandung. Ih....yang moto bau....kasihan Teh Beina sama Pak Ade tuh....sampai harus tutup hidung. |
|
Suporter PERSIB pun tidak mau kalah, selalu eksis meski harus menyusuri jalanan Lembang |
Beberapa
bulan lalu, saya beserta teman-teman kantor di penerbit buku PT Sygma
Arkanleema Bandung, terutama dari kru redaksinya berkesempatan hiking
menyusuri pegunungan yang disinyalir bagian dari Patahan Lembang Bandung. Bersama
lebih dari lima belas orang, kami berangkat dari kantor PT Sygma di Jln. Babakan
Sari I No. 71 Bandung mengendarai mobil kantor. Mobil kami berhenti menurunkan
para awaknya untuk memulai hiking dari Caringin 3, wilayah Kabupaten
Bandung Barat. Kami berjalan menembus dinginnya kota Bandung saat itu menuju
jalan kea rah Maribaya, Lembang. Di antara kru ada yang Bandung banget, syal
PERSIB selalu setia menemani dirinya selama perjalanan berlangsung. Setiap
event foto-foto pun selalu ditampilkan dengan jelas syal PERSIB-nya.
Sepanjang
perjalanan berpapasan dengan ibu-ibu pengangkut rumput yang menggendong
bawaannya begitu banyak di punggung. Subhanallah, wanita-wanita perkasa. Kami
yang hanya membawa bawaan kecil di tas (paling berisi makanan) rasanya sudah
seberat beton bawanya, apalagi mereka dengan beban sedemikian banyak. Taklepas
rasa kagumku atas ketegaran dan keperkasaan ibu-ibu yang tinggal di lereng
pegunungan Lembang ini, bahkan sebagian sudah di atas paruh baya usianya. Ada
juga nenek-nenek yang kami temui di hutan sedang mengumpulkan kayu bakar.
Subhanallah, dia masih harus menempuh perjalanan panjang untuk kembali ke
kampungnya dengan beban kayu sedemikian banyak.
|
Para wanita perkasa di lereng Lembang yang harus berjuang hidup memikul beban ekonomi keluarga. Tidak gentar dan mengeluh meski harus bersimbah peluh dengan memikul kayu dari hutan di daerah Lembang ke rumah mereka di pemukiman yang jauh dari hutan. |
|
Apa pun dilakukan demi dapur mengepul, asal halal. Menyabit rumput pun bolehlah. Tidak harus dimonopoli sebagai pekerjaan laki-laki |
|
Nenek-nenek pun tidak kalah kuat. Meski turun-naik pegunungan di daerah Lembang untuk mencari kayu bakar, dia tetap bersemangat dan pantang mengeluh |
Selain
rasa haru dengan sedikit berempati kepada mereka-mereka yang bersusah payah
bekerja dengan otot mereka (seperti ibu-ibu yang kami temui sepanjang perjalanan
kami), kami tetap bisa menikmati perjalanan ini dengan fresh. Setidaknya
karena kami bisa melepas lelah dan keluar dari rutinitas kerja yang kadang
terasa membelenggu walaupun setelah itu kaki dan badan jadi pegal-pegal. Banyak
sekali gurauan-gurauan yang tidak bisa kami lakukan di dalam kantor dan hanya
kami temui di lapangan seperti ini.
Alhamdulillah, perjalanan
menyusuri Maribaya berjalan dengan sukses (sukses capeknya juga). Sebelum
benar-benar kembali ke Bandung kami mampir di rumah salah satu anggota tim (Ahmad
Andriana, rekan kerja kantor) yang rumahnya di Lembang. Menuruni Maribaya
menuju rumahnya terasa begitu jauh untuk tubuh-tubuh yang lelah saat itu.
Akhirnya kami nyarter mobil untuk sampai ke sana. Makanan siap saji (disajikan
oleh tuan rumah tentunya) sudah siap menyapa kami di sana. Perut lapar dan
tubuh lelah selama perjalanan terbayar sudah. Nasi uduk, tahu, tempe, ayam,
lalapan, termasuk lalapan yang banyak menjadi idola, yaitu petai (orang Sunda
menyebutnya peteuy) siap mengganjal perut kami.
Puas
makan, mengelus-elus perut yang kekenyangan sambil bercanda melihat-lihat hasil
video rekaman di HP yang sempat diabadikan salah satu kru. Tertawa lepas Pak
Tio (layouter kantor) mengundang tawa rekan-rekan yang lain. Terus
tertawa Pak Tio……sampai pegal……
Saat
seperti itu ancaman Patahan Lembang Bandung yang konon begitu ganas seolah
tidak pernah terlintas di benak kami karena memang saat itu tanah kami berpijak
tidak sedang bergejolak. Wallahu’alam. Semua atas kuasa Allah. Dia
menciptakan keindahan seperti pegunungan di Lembang sekaligus ancaman
bencananya mungkin agar manusia tidak pernah lupa bersyukur dan bersabar,
sekaligus menghilangkan rasa takabur dalam diri kita. Semoga perjalanan ini
memberi hikmah lebih besar daripada apa yang kami rasakan, terutama dalam
mengenal kekuasaan, keindahan, sekaligus ancaman dari Allah agar semua bermuara
untuk mengenal-Nya lebih jauh. Amin.@
|
Maju terus pantang mundur..... |
|
Ke sanalah kita melangkah..... |
|
Awas....swiper sayuran....! |
|
Pedagang sayuran kambuhan....klo sakitnya lagi kambuh....dagang deh....buat beli obatnya. hehehe.... |
|
Mau hiking ke gunung ato mau jalan-jalan ke mall nih bu...... |
|
Kakek tua dari lembah Lembang.... |
|
Sedang menyamakan pose dengan gambar di kaos. Udah mirip belum?..... |
|
Beginilah gaya sang putri memetik bunga..... |
|
Trio Macan Syariah turut beraksi meramaikan acara hiking |
|
Aua......Beginilah gaya Tarzan Lembang mengangkat pohon tumbang |
|
Ini pose gak kobe (koreksi beunget, red) semua....gak ada yang fokus |
|
Perawan di sarang penyamun.... |
|
Selamat tinggal Lembang....selamat tinggal kenangan indah bersama rekan-rekan Sygma.... |
Haha... terima kasih mbak Indah. Saya sudah ikut mejeng.
BalasHapusKangen juga jalan-jalan lagi nih.
Semoga nanti ada kesempatan.
Rik
wiiih dadi kelingan meneh yo bu.... arep hiking meneh yoooo :P
BalasHapus::Kenangan masa lajang::
@Pak Rikvi....oke tenan, Pak. Siap jalan-jalan lagi. Hayu.....
BalasHapus@Blogdangkal: Kirain sopo....(orang jawa gitu, ternyata Pak Ade to?) Hayu, Pak....hiking meneh....
kalimat di foto terakhir sepertinya "totonden" perpisahan deh! bener-bener kenangan Indah ya! itu foto suporter Persib berkumis, kalo mau digedein buat dipajang di rumah, bolehlah! kalo perlu ditandatangani dulu!
BalasHapusWah, perjalanan yang sangat berkesan. Suasana alam, rasa capek, dan hidangan khas Sunda di ujung perjalanan, maknyuss.
BalasHapusTerima kasih Teh Indah atas reportasenya.
keren, wisata alam bandung utara
BalasHapus